Sandiaga Uno: Saya Dekat Sekali dengan Pak Ganjar Pranowo, Kami Ini Mitra Kerja
Sandiaga menegaskan interaksinya dengan Ganjar cukup intensif kala turun menemui masyarakat pelaku UMKM dan desa wisata.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengaku mengenal dekat sosok Ganjar Pranowo bakal calon presiden yang diusung PDI Perjuangan.
Tidak cuma dekat, Sandi juga merasa memiliki chemistry dengan Ganjar karena sama-sama pernah menjadi pemimpin daerah.
“Mas Ganjar mitra kerja,” ucap Sandiaga saat wawancara eksklusif dengan Tribun Network di Jakarta, Senin (15/5/2023).
Sandiaga menegaskan interaksinya dengan Ganjar cukup intensif kala turun menemui masyarakat pelaku UMKM dan desa wisata.
Dia juga memiliki kesamaan hobi yaki lari marathon dan sepeda jarak jauh.
“Ya kita bersahabat sama-sama suka lari jarak jauh. Ada lomba-lomba marathon sepedahan juga suka bareng,” urai eks kader Partai Gerindra itu.
Sementara, Sandi tidak ingin berandai-andai terkait kemungkinan dipasangkan dengan Ganjar.
Ia menyatakan urusan capres dan cawapres hal itu menjadi kewenangan pemimpin dari partai politik.
Simak wawancara lengkap Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Sandiaga Uno:
Meskipun belum tentu tetapi sekarang ini ada tiga kandidat Pak Anies, Pak Prabowo, dan Mas Ganjar? Bisa tidak Pak Sandi mengomentari tiga orang ini dalam satu kata?
Pak Prabowo mentor, Pak Anies sahabat, Mas Ganjar mitra kerja.
Pak Sandi kenal dekat tidak dengan Mas Ganjar, kalau boleh ditanya seberapa besar chemistrya?
Saya sangat dekat sekali. Kalau saya melihat dari interaksi bersama Pak Ganjar di tengah masyarakat baik itu bertemu UMKM dan desa wisata ya chemistrynya sangat dapet.
Ya kita bersahabat sama-sama suka lari jarak jauh. Ada lomba-lomba marathon sepedahan juga suka bareng.
Baca juga: Nasaruddin Umar Masuk Bursa Bakal Cawapres Ganjar, PDIP Sebut Punya Sejarah Panjang dengan NU
Kita punya kesamaan hobi, beliau juga pernah menjadi pejabat pimpinan daerah. Beliau gubernur sementara saya wakil gubernur.
Tapi tentunya kan keputusan ada di pimpinan partai politik jadi kalau chemistry ya, saya merasa mudah-mudahan Pak Ganjar merasa yang sama sangat nyaman.
Itu kan kalau dalam hal pekerjaan, sedangkan kalau urusan politik itu ranahnya pemimpin dari parpol.
Orang saat ini didera ketakutan polarisasi politik 2019 kembali terjadi 2024. Ada keterbelahan di situ, ada politik identitas, komentar Pak Sandi bagaimana?
Sebagai alumni pilkada 2017 dan pilpres 2019 saya punya pengalaman dan saya punya banyak catatan. Apa yang kita lakukan di 2019 dengan membentuk unity goverment atau Kabinet Indonesia Maju yang merupakan gabungan dua rival pemilu adalah sebuah kemajuan.
Ini sebuah inovasi karena negara-negara lain sangat kagum dan juga terkejut di Indonesia bisa terjadi. Tapi bangsa Indonesia ini sebetulnya guyub, rukun, gotong royong, serta nilai-nilai lurug bangsa kita bhineka tunggal ika.
Saya juga pengalaman di 2019 untuj membangun kebersamaan itu. Saya meyakini jika kita mengawal narasi dengan penuh kedisipinan dan hati-hati sekali tidak menyentuh isu yang berpotensi polarisasi politik maka kita bisa mendorong keberlanjutan.
Jadi bukan perubahan dari arah pembangunan kita. Tapi melanjutkan dan juga mempercepat. Kalau ada masukan kita koreksi bersama sehingga tidak winner takes all.
Bagaimana kita selalu memperjuangkan kebersamaan ini. Saya sangat optimis 2024 kita akan bisa menoreh sejarah.
Model unity government ini menurut Pak Sandi harus dilanjutkan ya di 2024?
Bertarung untuk bersanding, berkompetisi untuk berkolaborasi, berkontestasi tapi pada saatnya kita bermitra.
Seberapa mahal kontestasi pilpres di Indonesia menurut pengalaman Pak Sandi?
Mahal banget. Dan itu sudah banyak dikupas semuanya tercatat. Karena waktu saya maju jadi calon wakil presiden saya sudah jadi wakil gubernur sehingga harta kekayaan saya tercatat di LHKPN.
Saya tercatat jumlah dana yang saya cairkan dan saya setorkan kepada tim Badan Pemenangan Nasional (BPN). Itu jumlahnya silahkan teman-teman Tribun lebih hebat.
Tapi mahal sekali karena kenapa? Kampanyenya panjang sekali 8,5 bulan, udah gitu kegiatannya sangat beragam. Nah sekarang kampanyenya jauh lebih singkat hanya 60-an hari.
Jadi ini sudah satu inovasi lagi. Kita berharap politik kita tidak semahal tahun 2019.
Kalau memang politik Indonesia ini mahal betul, lalu kemudian orang mulai berdebat mengenai sistem pemilu yang lebih murah proporsional tertutup. Kala Pak Sandi sebagai politisi mana yang baik?
Pandangan pribadi saya dua pemikiran ini ada justifikasinya. Pertama, partai itu dalam melakukan kaderisasi dia harus mencari tokoh-tokoh terbaik. Perhitungannya bukan hanya populer tapi bagaimana dia bisa berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Sementara masyarakat ini juga ingin memilih calon berdasarkan hati nuraninya. Jadi misalnya dia ingin memilih Pak Febby tapi posisi Pak Febby ada di nomor 5 di dalam partai A. Kalau proposional terbuka dia bisa memilih karena ada mekanisme untuk memilih langsung.
Tapi ini ditiadakan dengan proposional tertutup. Saya melihat ini ada plus dan minusnya tapi saya yakin jika keputusannya akan tertutup maka partai harus berbebag kalau tidak akan ditinggalkan oleh masyarakat.
Party Identity ini paling rendah kita, di Indonesia itu di bawah 50 persen. Banyak sekali yang tidak merasa bagian dari partai. Kenapa? Salah satunya itu tugas dari parpol untuk membangun identifikasinya kepada masyarakat.
Sehingga masyarakat Indonesia merasa terwadahi oleh kehadiran partai politik.
Jadi kesimpulannya Pak Sandi pilih mana?
Saya kan tidak memilih karena yang berhak menentukan itu yang mulai di Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Rakyat dan Komite Pemilihan Umum.
Tapi apapun yang dipilih jangan kita jangan sampai terpecah belah. Kalau tertutup partai harus berbenah misalnya terbuka ya kandidat yang harus berbenah bahwa dia harus berkontribusi kepada bangsa dan negara. Dia harus menunjukkan bahwa dia laik serta ada loyalitas kepada partai.
Saya berbicara loyalitas ini dituduh kutu loncat, padahal saya ini justru sangat menyadari kanalisasi perjuangan ini melalui partai politik.
Di saat parpol sudah memiliki pemikiran tersendiri dan saya ada tugas lain, nah saya justru harus pamit dari parpol tersebut.
Parpol yang saya tinggalkan ini kuat mungkin salah satu yang terkuat di pemilu ke depan punya sosok Pak Prabowo yang fenomenal dan saya perjuangkan selama ini untuk menjadi presiden.
Menurut saya apapun yang nanti dipilih proporsional tertutup maupun terbuka itu jangan sampai memecah belah.
Nama Pak Sandi muncul dan beri pengantar di Musra, termasuk disebut sebagai cawapres rangking atas. Apa komentar hal itu? Karena indikatornya banyak ini membahagiaan atau dinamika politik?
Pertama saya harus apresiasi Musra, pertama kali terjadi, biasanya nominasi atau pencalonan dari seseorang capres atau cawapres itu murni dilakukan melalui proses pembentukan koalisi dan komunikasi politik antara pimpinan dan gabungan pimpinan partai politik menggunakan alat ukur survei, dan alat ukur berbagai macam.
Dan ini musra menurut saya suatu ide yang brilian karena memberikan ruang bagi rakyat infonesia memberikan pendapatnya secara langsung melalui fasilitas musra ini dan berkeliling ke seluruh Indonesia.
Dan apa yang ditampung itu merupakan harapan dari masyarakat kita Indonesia dan tentunya kita harus mendengar apa yang disuarakan rakyat, dan mudah-mudahan ini menjadi masukan bagi para pengambil keputusan pimpinan parpol atau gabungan parpol yang menentukan nominasi di bulan Oktober 2023.
Tapi Pak Sandi surprise atau biasa saja?
Survei kan sudah diukur melalui mungkin awal tahun 2020 sudah ada survei, yang terus memotret dan menurut saya ini bagus sekali untuk membangun data base, membangun data yang dikumpulkan oleh para analis dan ahli-ahli sangat membantu saya.
Karena didalam saya menjalankan tugas apresiasi masyarakat yang terpotret melalui survei maupun Musra itu kita kerja di kementerian ini yang ditugasi oleh Bapak Presiden untuk membawahi ekonomi kreatif diapresiasi masyarakat.
Tapi tentunya bukan artinya final yang bisa ambil sebagai sebuah rekomendasi dan keputusan, karena nanti akan ada pertimbangan-pertimbangan politik dan palik tidak rakyat sudah menyampaikan sudah menajdi bahan pertimbangan bagi pimpinan.
Dan ini sebuah metode perpolitikkan yang terus bergerak, berdinamika, dan inilah uniknya berdinamika politik di Indonesia, ini mustinkita bersyukur bahwa berdemokrasi di Indonesia berbeda dengan negara-negara lain yang kuat dan keras.
Kalau kita kam bersahabat, kita ingin demokrasi kita justru mempersatukan kita, memikirkan gagasan dan pemikiran untuk kemajuan Indonesia. (Tribun Network/Reynas Abdila)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.