Pemerintah Kembangkan BioEkonomi dan BioProspecting untuk Atasi Perubahan Iklim
Pengembangan potensi inovasi berbasis alam melalui ekonomi biru dan bioekonomi dinilai mampu mengatasi tantangan global, terutama perubahan iklim.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Wahyu Aji
Mengutip KLHK (2023) bioprospeksi merupakan serangkaian kegiatan eksplorasi, koleksi, penelitian, dan pemanfaatan sumber daya genetik dan biologi yang dilakukan secara sistematis.
Tujuan dari bioprospeksi adalah untuk mendapatkan berbagai sumber baru senyawa kimia, gen, organisme, dan produk alami lainnya yang memiliki nilai ilmiah atau komersial. sebagai upaya mengambil manfaat sosial-ekonomi sebesar-besarnya dari sumber-sumber biologis baru melalui koleksi, penelitian, dan pemanfaatan sumber daya genetik dan biologi secara sistematis, yang mengarah pada sumber-sumber baru senyawa kimia, informasi genetik, organisme dan produk alamiah lain untuk tujuan ilmiah atau komersial.
Sedangkan Bioekonomi, merujuk pada European Commission, kemampuan mengambil manfaat ekonomi berdasarkan penggunaan sumber daya biologis dan terbarukan secara cerdas dari darat dan laut, sebagai masukan untuk produksi makanan dan pakan, industri dan energi. Ini juga mencakup penggunaan biowaste dan proses berbasis bio untuk industri berkelanjutan.
Kajian yang dilakukan Universitas Nasional bersama Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Lembaga KEHATI, menyebutkan bahwa bioekonomi memiliki cakupan luas, karena berhubungan dengan berbagai sektor yang dapat menjadi dasar pertumbuhan ekonomi di sebuah negara.
Saribua Siahaan, Direktur Promosi Investasi Wilayah Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, dan Pasifik, Kementerian Investasi menegaskan bahwa selain mendorong Panduan Investasi Lestari, yang telah diluncurkan pada perhelatan G20 pada November 2022 lalu, pihaknya turut mendukung rangkaian pengembangan portofolio investasi berkelanjutan untuk daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berkelanjutan, termasuk yang berbasis bioekonomi, melalui program Masterclass Investasi Lestari sejak tahun 2020.
Pengembangan investasi lestari ini juga termaktub dalam 5 agenda nasional seperti dalam penyampaian pidato Presiden Joko Widodo, pada tahun 2022.
Agenda itu antara lain, hilirisasi dan industrialisasi SDA, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau, UMKM naik kelas, serta sektor perikanan, kelautan, dan kehutanan yang sarat dengan potensi bioekonomi. Agenda investasi di sektor ini tercatat membutuhkan sekitar 45,4 miliar USD.
Gayung bersambut, berdasarkan Global Sustainable Fund Flows (Morningstar, 2022), aset dana berkelanjutan global tercatat sebanyak US$ 2,74 Triliun pada Desember 2021. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dana berkelanjutan ini meningkat sebesar 53 persen. Dana berkelanjutan global ini mencakup dana terbuka dan dana yang diperdagangkan di bursa, dengan tujuan investasi yang berkelanjutan dan/atau menggunakan kriteria LST dalam penentuan keputusan investasi mereka.
“Saat ini berbagai portofolio investasi lestari prioritas sedang diakselerasi, Salah satu contoh konkrit adalah Proyek Prioritas Industri Hijau Pengelolaan Kelapa Terintegrasi di kabupaten Gorontalo yang sudah dalam status ready to offer dengan nilai investasi sebesar Rp. 643 Milyar,” ujar Saribua.
Di tingkat yurisdiksi, tercatat beberapa kabupaten telah mulai beranjak memasukkan komoditas lestari dengan fokus pada hilirisasi produk berbasis alam dan pendekatan bioekonomi di dalam rancangan penanaman modalnya maupun perencanaan jangka panjangnya. Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Sigi misalnya, sudah memasukkan portofolio bioekonomi dan investasi hijau ke dalam RUPM perubahan 2017-2025.
Bersama dengan 7 kabupaten lainnya yang tergabung dalam asosiasi pemerintah kabupaten Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), mereka mendorong portfolio inovasi berbasis alam dalam bentuk hilirisasi komoditas seperti ekstrak albumin dari ikan gabus, tepung mocaf, sagu dan kelor, minyak atsiri nilam, vanila, sereh wangi dan palmarosa, serat nanas dan bambu, fermentasi kelapa maupun produk setengah jadi kopi, kakao, tengkawang, rempah dan lain-lainnya yang dapat diserap oleh industri seperti industri kesehatan, pangan, kecantikan dan wellness bahkan industri manufaktur dan kimia. Secara total saat ini ada 21 portfolio komoditas dan inovasi berbasis alam dari 9 kabupaten LTKL yang bernilai pasar global sebesar US$ 223 Milyar atau 330 Triliun Rupiah.
Baca juga: Perubahan Iklim Jadi Tantangan Ekonomi Dunia Usai Dihantam Pandemi Covid-19
Bioekonomi diyakini menjadi gelombang ekonomi lanjutan sebagai bentuk peleburan pendekatan dan strategi politik, ekonomi, lingkungan, dan keanekaragaman hayati dengan fokus pada pembangunan dan industri yang meningkatkan nilai keanekaragaman hayati dan kompensasi jasa ekosistem untuk mencapai siklus kehidupan berkesinambungan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.