Profil Bripda IDF, Anggota Densus 88 yang Tewas Tertembak Seniornya di Rusun Polri Cikeas
Almarhum Bripda Ignasius Dwi Frisco Sirage dimakamkan di Pemakaman Yayasan Mawar secara kedinasan di Kabupaten Melawi, Rabu, 26 Juli 2023.
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Korps Polri berduka, salah satu anggotanya, Bripda Ignasius Dwi Frisco Sirage yang sehari-hari bertugas di Densus 88 meninggal tertembak oleh senjata api seniornya di Rusun Polri di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Minggu pukul 01.40 WIB dinihari.
Hasil autopsi seperti hasil kesaksian keluarga, di leher korban terdapat lubang luka tembak.
Almarhum Bripda Ignasius Dwi Frisco Sirage dimakamkan di Pemakaman Yayasan Mawar secara kedinasan di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Rabu, 26 Juli 2023.
Nyawanya tak tertolong saat dilarikan ke Rumah Sakit Polri di Kramatjati, Jakarta Timur, sesaat setelah insiden penembakan.
Profil Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage
Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage sehari-hari bertugas sebagai anggota Sub-Bagian Tahanan dan Barang Bukti (Subbagtahti) Bagian Operasional (Bagops) Densus 88 Anti Teror Mabes Polri.
Ignatius Dwi Frisco Sirage lahir di pada 27 Februari 2002 dari pasangan Y Pandi dan Inosensia Antonia Tarigas. Ia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara.
Y Pandi sehari hari bekerja sebagai Sekretaris Inspektorat di Kabupaten Melawia. Sementara sang ibu adalah PNS di Puskesmas di Kabupaten Melawi.
Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage sehari-hari dipanggil Rico. Dua hari menjelang kematiannya, yakni pada Jumat, Rico sempat melakukan panggilan video call.
Dia mengajak serta kekasihnya di Kalimantan Barat dan ibu kandung Rico yang hari itu sedang merayakan ulang tahun di percakapan video call.
"Kami ada komunikasi jam delapan (malam). Kami masih video call. Sampai kepada kakaknya juga, pacarnya juga. Kami sampai jam 1. Ceweknya di Pontianak," ungkap Y. Pandi, sang ayah menyampaikan kesaksikannya saat ditemui di rumah duka, Desa Paal, Kabupaten Melawi, Kamis 27 Juli 2023.
Sejak kecil Rico bercita-cita menjadi anggota kepolisian atau anggota TNI. Bahkan, saat masih TK, anak sulungnya sudah minta dibelikan seragam polisi.
"Pas Hari Kartini dia minta saya dipakaikan baju polisi. Baju Polisi maunya. Saya belikan ke pasar," ungkap Pandi.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, selepas lulus sekolah menengah atas dia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Polisi Negara (SPN) yang dikelola Polda Kalbar di Singkawang, Kalimantan Barat.
Sejak kecil Rico bercita-cita menjadi anggota kepolisian atau anggota TNI. Bahkan, saat masih TK, anak sulungnya sudah minta dibelikan seragam polisi.
Setelah lulus dari SPN, Rico terpilih untuk bertugas di Densus 88 Jakarta. "Terakhir pulang ke Melawi selepas Lebaran. Dia dapat cuti satu minggu," ungkap Pandi.
Semasa hidup dan bertugas di Mabes Polri, Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage rutin berkomunikasi dengan keluarga.
Baca juga: Misteri Kematian Bripda IDF Ditembak Seniornya Terkuak, Jumat Sempat Video Call Ibunya yang Ultah
Selama menjadi anggota Polri dan bertugas di Satuan Densus 88 Antiteror, tak pernah sekalipun keluar ucapan mengeluh dari mulut pria berusia 22 tahun ini kepada orangtuanya.
Justru, orangtua baru tahu, jika selama ini anaknya curhat berbeda dengan teman dekatnya.
"Curhat anak saya tidak pernah mengatakan ada masalah. Dia selalu bilang, 'Saya happy, saya sehat, senang dengan tugas saya'. Mungkin dia tidak mau membuat orangtua khawatir. Namun ternyata curhat dia dengan kawan dekatnya beda, tidak mengatakan seperti itu. Saya puji anak saya humanis. Tidak pernah ada permusuhan dengan kawannya," kata Pandi.
Kepada teman dekatnya, Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage justru mengeluh.
Baca juga: Dugaan Bripda Ignatius Dibunuh, Keluarga: Direncanakan Matang oleh Senior dan Rekan di Densus 88
"Kepada temannya, dia justru mengeluh. Perlakuan yang tidak diinginkan. Tapi dia tidak pernah cerita ke orangtuanya," ujar Pandi.
Isak tangis Inosensia Antonia Tarigas, ibunda Bripda Ignatius tak tertahan tak kala mengenang sosok anak bungsunya yang dikenalnya sangat perhatian dan penurut.
"Terus terang saya sangat terpukul dengan kepergiannya," kata Inosensia ditemui di rumah Duka, Desa Paal, Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Kamis 27 Juli 2023.
Isak tangis Inosensia Antonia Tarigas, ibunda Bripda Ignatius tak tertahan tak kala mengenang sosok anak bungsunya yang dikenalnya sangat perhatian dan penurut.
Di mata sang Ibu, sosok mendiang Bripda Ignatius sangat baik dan perhatian pada keluarga. Bahkan, selama menjadi anggota Polri, rico tak pernah mengeluh apapun.
"Dia anaknya memang baik ndak mau menyusahkan orangtua. Ndak minta ini itu. Semenjak tugas ndak pernah menceritakan kesulitan. Kelihatan happy banget. Ndk pernah cerita macam. Hampir tiap hari kalau ada waktu luang, tanya, 'Ma, lagi ngapa. Udah makan belum', itu pasti pertanyaannya," ungkap Inosensia.
Dalam wawancara dengan Kompas TV, Pandi menuturkan, putranya sempat cekcok sebelum tewas ditembak senior karena menolak tawaran bisnis senpi ilegal di Densus 88.
Informasi itu dia dapatkan dari penyidik kepolisian yang melakukan identifikasi kasus tersebut. Almarhum Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage dan sang ayah, Y Pandi.
Baca juga: Masyarakat Dayak Kalbar Minta Kapolri Tindak Tegas Senior yang Tewaskan Bripda IDF
"Anak saya tidak pernah bercerita tentang senpi tetapi menurut keterangan dari tim penyidik saat kami berada di Jakarta kemarin," ujar Y Pandi dikutip dari wawancara Kompas TV, Kamis (27/7/2023).
"Mereka memberi keterangan bahwa sempat cekcok ketika senior ini mungkin menawarkan bisnis senpi ilegal kepada anak saya tetapi mungkin barangkali anak saya menolak," tutur dia.
Ketika menolak itulah kemungkinan cekcok dan berakhir pada penembakan.
"Karena dia takut dan tahu barang itu ilegal sehingga barangkali IDF tidak berani dan tidak lama kemudian di pelaku ini mengambil senpi di tasnya dan itu meledak mengenai leher anak saya,yang tembus di bawah telinga sampai tembus ke dinding," jelas dia.
Dugaan Ada Bisnis Senjata
Masih dari informasi penyidik, Y Pandi mengatakan, senior yang mendatangi anaknya pada malam kejadian berjumlah tiga orang.
"Keterangan tim penyidik Densus 88 bahwa ketika senior ini datang ke flatnya dan menawarkan senjata barangkali, mungkin yang tadi saya ceritakan bahwa di situ terjadi cekcok ya mungkin karena anak-anak menolak atau apa sehingga terjadi cekcok," terang dia.
Pandi mengatakan almarhum Bripda IDF selama ini tidak pernah bercerita soal bisnis senpo. Namun penyidik Densus 88 menerangkan kepada pihak keluarga bahwa pelaku kemungkinan menawarkan senpi kepada anaknya.
Namun anaknya tak berani dan menolak tawaran rekan-rekannya tersebut.
Pemakaman almarhum Bripda Ignasius Dri Frisco Sirageo di Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, Rabu, 26 Juli 2023.
“Anak saya tidak pernah bercerita bisnis senpi tapi menurut keterangan penyidik Densus 88, mereka memberi keterangan bahwa ketiga pelaku senior ini mungkin menawarkan senpi kepada anak saya."
"Barang kali anak saya menolak karena dia takut dan tahu barang itu ilegal jadi tidak berani,” kata Pandi.
Pandi menuturkan setelah itu, pelaku mengambil senpi dari tas, hingga terjadi letupan. Letupan peluru yang keluar mengenai leher Bripda IDF hingga menembus telinga dan mengakibatkan Bripda IDF tewas.
“Tak lama kemudian si pelaku ini mengambil senpi di tasnya dan senpi itu meledak mengenai leher anak saya sampai tembus di bawah telinga sampai tembus ke dinding lagi,” tuturnya.
Pandi menyatakan jumlah pelaku ada 3 orang yang seluruhnya merupakan senior anaknya. Hal ini berdasarkan keterangan dari tim penyidik Densus 88 yang disampaikan ke pihak keluarga.
“Tiga orang senior. Itu menurut keterangan dari tim penyidik Densus pada kami,” kata dia.
Sampai saat ini, Y Pandi yang merupakan Sekretaris Inspektorat di Pemerintah Kabupaten Melawi ini belum mengetahui berapa tersangka yang telah ditetapkan dalam kasus memilukan ini.
Bripda IDF disemayamkan pada Selasa, 25 Juli 2023 di rumah duka, Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi dan kemudian dimakamkan pada Rabu 26 Juli 2023.
Tangkap Bripda IMS dan Bripka IG
Terkait kasus mematikan ini ini, polisi sudah menangkap dua anggota Polri lainnya yakni Bripda IMS dan Bripka IG yang diduga merupakan pelaku.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan kepada awak media, Rabu (26/7/2023) mengatakan, kasus polisi tembak mati polisi ini terjadi karena kelalaian.
"Terhadap tersangka yaitu Bripda IMS dan Bripka IG telah diamankan untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan terkait peristiwa tersebut," kata Ramadhan.
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan di RSPAD Gatot Subroto, Kamis (13/7/2023). (Tribunnews.com/Rahmat W. Nugraha)
Dia memaparjan peristiwa berdarah ini terjadi di Rusun Polri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, pada Minggu, 23 Juli 2023 dini hari sekitar pukul 01.40 WIB.
"Telah terjadi peristiwa tindak pidana karena kelalaian mengakibatkan matinya orang yaitu Bripda IDF. Yang pasti Polri tidak akan memberikan toleransi kepada oknum yang melanggar ketentuan atau perundangan yang berlaku," ujarnya.
Ramadhan mengatakan, kasus tersebut ditangani tim gabungan Propam dan Reskrim untuk mendalami terjadinya pelanggaran disiplin, pelanggaran kode etik ataupun pelanggaran pidana yang dilakukan oleh kedua pelaku.
Densus 88: Karena Kelalaian
Juru Bicara Densus 88 AT Polri Kombes Aswin Siregar mengungkapkan kematian Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage yang tertembak oleh seniornya sesama polisi bermula saat almarhum mengajak Bripda A berkunjung dan bertemu di salah satu flat Rusun Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Sabtu 22 Juli 2023 pukul 22.35 WIB.
Pada pukul 01.38 WIB, mereka berkumpul di kamar flat Rusun Cikeas bersama Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage, Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage, Bripda A, dan Bripda Y.
Kasus penembakan terhadap Bripda IDF bermula saat almarhum mengajak Bripda A berkunjung dan bertemu di salah satu flat Rusun Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Sabtu 22 Juli 2023 malam pukul 22.35 WIB.
Pada pukul 01.38 WIB, mereka berkumpul di kamar flat Rusun Cikeas bersama Bripda A, dan Bripda Y.
Kemudian pada sekitar pukul 01.42 WIB, salah satu dari rekan almarhum mengeluarkan senjata api (senpi) dari dalam tas untuk diperlihatkan kepada Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage.
Tiba-tiba senjata meletus mengenai leher Bripda Ignatius. Setelah Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage tertembak, langsung dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati, Jakarta Timur.
Namun, dokter menyatakan Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage meninggal dunia pada saat tiba di rumah sakit.
Laporan reporter Agus Pujianto | Tribun Pontianak