Sidang Mario Dandy, Ahli Sebut Motif Bisa Tentukan Pelaku Tindak Kekerasan Terencana atau Tidak
Ahli Psikiater Forensik Natalia Widiasih Raharjanti mengungkapkan untuk menentukan pelaku tidak kekerasan terencana atau tidak harus lihat motifnya.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahli Psikiater Forensik Natalia Widiasih Raharjanti mengungkapkan untuk menentukan pelaku tidak kekerasan terencana atau tidak harus lihat motifnya terlebih dahulu.
Hal itu disampaikan Natalia saat dihadirkan sebagai saksi ahli meringankan oleh kuasa hukum Mario Dandy di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (1/8/2023).
"Dia mendengar kabar dari pacarnya, bahwa pacaran ini diperkosa katakanlah, kemudian dia juga mendengar kabar dari orang lainnya, suka sama suka. Sehingga ada perdebatan di dalam dirinya sebenarnya ini diperkosa atau tidak," kata kuasa hukum Mario Dandy di persidangan.
"Sehingga ia mempertanyakan pertemuan itu, saya ilustrasikan pertemuan itu sebetulnya untuk mengetahui suka sama suka atau dipaksa. Kemudian direncanakan agar bisa bertemu," sambungnya.
"Bertemulah mereka, sepanjang perjalanan pria A ajak teman dan pacarnya. Di dalam mobil ada umpatan-umpatan 'gue pukul, gue habisi' misalnya seperti itu," kata Kuasa Hukum Mario Dandy.
Baca juga: Pekan Depan, Mario Dandy dan Shane Lukas Dapat Kesempatan Terakhir Ajukan Saksi Meringankan
"Ternyata pada saat konfortasi itu terjadi eskalasi sehingga terjadi kekerasan. Pertanyaan apakah pada kejadian tersebut terencana atau tidak. Dan apakah umpatan itu gue pukul, habisi sudah cukup sebuah perencanaan, mohon ahli jelaskan," tanyanya.
Kemudian dijawab Natalia bahwa terkiat dari ilustrasi yang disampaikan kuasa hukum Mario Dandy tersebut, harus dilihat terlebih dahulu apa yang dipikirkan pelaku.
"Kalau tadi dikatakan bahwa saya mencoba menganalogikan tadi kasus simulasi tentunya yang ingin dia jawab membuktikan pacarnya atau tadi diduga suka sama suka atau memerkosa itu keduanya sikap dari pelaku mengkonfortasi dua-duanya," jawab Natalia di persidangan.
Baca juga: Rafael Alun Mohon ke Majelis Hakim agar Mario Dandy Diberi Kesempatan Kedua untuk Bertobat
Natalia melanjutkan mesti dilihat juga waktu itu apa yang ada dipikirannya karena bagaimana juga mens rea harus ditanya dan diperiksa karena namanya pleaning harus dipelajari tidak bisa kita duga dari perilakunya saja.
"Mungkin dari perilaku bisa kita lihat besaran emosinya tapi waktu terjadinya perubahan hanya dia dan Tuhan yang tahu. Awalnya apa atau bagaimana atau kita bisa lihat sikon yang terjadi dari potongan peristiwa," kata Natalia.
"Apakah waktu ngobrol dengan temannya tadi gue pukul kemudian itu juga bagian dari motif. Karena waktu seseorang melakukan tindak kekerasan biasanya ada motif yang harus kita lihat," sambungnya.
Kalau dalam teorinya kata Natalia, kita mau lihat apakah ini sifatnya implusif atau terencana atau ini impulsive behavior.
"Karena situasinya berubah dari apa yang dia rencanakan itu juga sangat mungkin. Jadi harus kita lihat motifnya apa saat dia marah apa lagi kalau egonya besar," tutupnya.