Sang Ibu Menyesal Tak Sadar Permintaan Sederhana Zidan Itu Jadi Tanda Pertemuan Terakhir Mereka
Permintaan sederhana Zidan itu menjadi penyesalan bagi sang ibunda karena tak menyadarinya sebagai tanda pertemuan terakhir.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebelum kematiannya, korban pembunuhan sesama mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Muhammad Naufal Zidan ternyata sempat meminta sang ibunda untuk melakukan hal yang tak biasa.
Hal itu dipintanya kepada sang sang ibunda, Elfira Rustina, di bandara sesaat sebelum berpisah untuk kuliah.
Gelagat ini cukup disadari oleh sang ibunda karena menunjukkan sikap yang tak biasa.
Diketahui, kesedihan mendalam dialami keluarga Muhammad Naufal Zidan yang kehilangan putranya karena dibunuh oleh seniornya.
Namun sang ibunda tak menyangka itu adalah firasat terakhir Zidan sebelum dibunuh sebagai tanda perpisahan untuk selamanya.
Ibu Muhammad Naufal Zidan menceritakan pengalaman tersebut yang baru ia sadari sebagai firasat terakhir kepergian anaknya.
Dikatakan Elfira, sang anak meminta untuk foto bareng dengan orangtuanya.
Padahal selama ini Zidan paling susah difoto.
Permintaan sederhana Zidan itu menjadi penyesalan bagi sang ibunda karena tak menyadarinya sebagai tanda pertemuan terakhir.
"Saya sangat menyesal tidak memahami firasat itu. Ternyata itu saat pertemuan kami untuk yang terakhir,” kata Rustina sambil terus menangis.
Sohibi Arif ayah Zidan mengatakan anaknya tidak bisa dihubungi sejak Rabu (2/8), hari dimana mahasiswa UI tersebut dibunuh.
Padahal biasanya Zidan sering menelepon keluarganya, namun di hari itu ia sama sekali tak bisa dihubungi.
"Biasanya telepon. Tapi Rabu itu enggak bisa dihubungi, saya WA juga tidak respons," ujarnya.
Hal ini membuat Arif tak bisa tidur karena khawatir dengan kondisi Zidan.
"Saya enggak bisa tidur mikirin Zidan takut kenapa-kenapa," ujarnya.
Lalu pada Jumat (4/8) Sohibi Arif akhirnya menyuruh salah seorang kerabatnya untuk mengecek kondisi Zidan.
Berkali-kali mengetuk pintu kamar kos, namun Zidan tak kunjung merespons. Kerabat korban lalu meminta penjaga kos agar membuka kamar Zidan.
Penjaga indekos dan kerabat korban lantas menemukan jenazah Zidan yang terbungkus plastik hitam di kolong tempat tidur.
Minta dihukum mati
Faiz Rafsanjani, paman korban mahasiswa Universitas Indonesia bernama Muhammad Naufal Zidan alias MNZ (19) yang dibunuh secara keji oleh seniornya Altafasalya Ardnika Basya (23) alias AAB menyatakan sulit menerima permintaan maaf atas perbuatan pelaku.
"Secara emosional mungkin tidak," kata dia kepada wartawan Sabtu (5/8/2023). Pihaknya meminta agar pembunuh keponakannya dihukum mati sesuai pasal 340 KUHP.
"Kami dari pihak keluarga minta pasalnya 340 terkait hukuman mati. Kita selaku orangtua saya yakin sebagai ortu pelaku juga tidak mau jika diperlakukan seperti itu," urai Faiz.
Sebagai perwakilan keluarga almarhum, Faiz menegaskan akan terus mengawal proses hukum pelaku.
"Kami akan mengawal proses hukum yang berlaku kepolisian, kejaksaan, sampai tuntas. Ini negara hukum kita selesaikan di mata hukum," tegas dia.
Pembunuhan keji oleh AAB terhadap Muhammad Naufal Zidan dilakukan di kamar kos korban di Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, pada Rabu (2/8/2023), pukul 18.00 WIB.
Jenazah ditemukan pada Jumat (5/8/2023). Pelakunya adalah senior korban jurusan Sastra Rusia di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI.
Muhammad Nauzal Zidan merupakan mahasiswa UI berprestasi dari Lumajang, Jawa Timur, dengan Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK 3,83. (Tribun Network/dew/fah/wly)