Mengenal Golden Visa yang Diberikan Pemerintah kepada CEO OpenAI Samuel Altman
Pemerintah Indonesia memberikan golden visa pertama untuk WNA kepada CEO OpenAI, Samuel Altman. Lantas, apa itu golden visa?
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
Sementara untuk masa tinggal 10 tahun, nilai investasi yang diharuskan adalah sebesar US$ 5 juta atau sekitar Rp76 miliar.
Kemudian untuk investor korporasi yang membentuk perusahaan di Indonesia dan menanamkan modal sebesar US$ 25 juta atau sekitar Rp380 miliar, akan mendapatkan golden visa dengan masa tinggal lima tahun.
Baca juga: Rincian Tarif Golden Visa Terbaru Tahun 2023, Lengkap Beserta Syarat Daftarnya
Lalu untuk nilai investasi sebesar US$ 50 juta, akan diberikan lama tinggal selama 10 tahun.
Golden visa untuk investor korporasi ini akan diberikan kepada direksi dan komisarisnya.
Lain halnya bagi investor asing perseorangan yang tidak bermaksud mendirikan usaha di Indonesia.
Untuk golden visa lima tahun, pemohon diwajibkan menempatkan dana senilai US$ 350 ribu atau sekitar Rp5,3 miliar.
Sedangkan golden visa 10 tahun, seseorang harus menempatkan dana sebesar US$ 700 ribu atau sekitar Rp10,6 miliar.
Baca juga: Investor Asing Dapat Golden Visa untuk 5 Sampai 10 Tahun, Berikut Persyaratan dari Ditjen Imigrasi
Nantinya, uang dari investor asing perseorangan yang tidak mendirikan usaha di Indonesia ini, akan digunakan untuk membeli obligasi pemerintah, saham perusahaan publik atau penempatan tabungan/deposito.
Terdapat beberapa manfaat eksklusif yang diterima oleh seseorang yang memiliki golden visa.
Beberapa manfaat tersebut, di antaranya angka waktu tinggal lebih lama, kemudahan keluar dan masuk Indonesia, serta efisiensi karena tidak perlu lagi mengurus ITAS ke kantor imigrasi.
Profil Samuel Altman
Samuel Altman merupakan pengusaha, investor, dan ilmuwan komputer asal Amerika Serikat.
Ia lahir di Chicago, Amerika Serikat pada 22 April 1985.
Baca juga: Menkumham: Eksil Peristiwa 1965 Berhak Dapat Visa Multiple Years Gratis
Altman dikenal di dunia karena keterlibatannya dengan program akselerator startup Y Combinator, di mana ia menjabat sebagai presiden di tahun 2014 hingga 2019.
Dikutip dari EU-Startup, dirinya bergabung dengan Y Combinator sebagai salah satu pendiri pada tahun 2005.