PKS dan PKB Ada Dalam Satu Koalisi, Gus Salam: Gus Dur Dulu juga Didukung Partai Keadilan
KH Abdussalam Shohib atau Gus Salam memberi tanggapan positif terhadap koalisi PKB dan PKS
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Berkoalisinya dua partai Islam berbasis massa Islam tradisional, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan partai berbasis massa Islam modernis Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) mendapat tanggapan positif dari KH Abdussalam Shohib atau Gus Salam, kiai muda Nahdlatul Ulama (NU) pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
“Saya kira, kita tidak ada kendala koalisi antara PKB dengan PKS. Kalau kita kilas balik pada sejarah kepresidenan dan pemerintahan negeri ini, dulu Gus Dur ketika menjadi Presiden, berkoalisi dengan PK (Partai Keadilan, cikal-bakal PKS, red), PAN, PPP, dan Golkar,” terangnya di Jombang, Jumat (8/9).
Ulama yang pernah menjabat Wasekjen PBNU ini melanjutkan, koalisi tersebut berlanjut pada era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Sementara itu, pada era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kita tahu koalisinya juga terdiri dari Demokrat, PKB, dan PKS,” ujar Gus Salam yang pada 2018 menjabat Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Baca juga: Anies-Muhaimin Duet Pemersatu Indonesia, Ini Lima Alasannya!
Gus Salam yang terpilih sebagai Khatib PBNU di periode kedua KH Said Aqil Siraj sebagai Ketua Umum PBNU, mengemukakan KPP membawa harapan untuk perubahan Indonesia yang lebih baik.
“Koalisi Perubahan untuk Persatuan, seperti namanya akan membawa perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Ini kan sesuai dengan jargon Nahdlatul Ulama (NU), yakni mengambil kebaikan masa lalu untuk masa depan yang lebih baik,” papar ulama NU yang pada 2009 menjadi pengurus LBMNU Jombang, dan tahun 2012 masuk jajaran Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang.
Karena itu, KPP, ujar Gus Salam, harus dipandang dalam perspektif kebhinekaan. “Koalisi PKS dan PKB dilihat dalam bingkai PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45). Ini memang kebutuhan bangsa ini, karena perbedaan harus kita bingkai dalam kebersamaan dan kebhinekaan,” terang Gus Salam yang berkiprah di struktural NU sejak tahun 2002 menjadi pengurus Lembaga Bahtsul Masa'il Nahdlatul Ulama (LBMNU) Kota Kediri.
Sebelumnya, Gus Salam mengemukakan, pasangan Anies dan Muhaimin merupakan pasangan yang ideal dan saling melengkapi. “Calon Presiden Anies dan Calon Wakil Presiden Gus Muhaimin merupakan pasangan yang ideal dan saling melengkapi. Keduanya memberi harapan untuk kemajuan, kesejahteraan, dan kemandirian Indonesia di masa depan,” terang Gus Salam.
Baca juga: Tiba di Makam Sunan Gunung Jati, Cak Imin Langsung Gelar Salat Jumat Berjamaah Dilanjut Ziarah
Dukungan dari kalangan nahdliyyin di Jawa Timur dan Jawa Tengah pun diperkirakan akan mengalir deras dan signifikan kepada Anies dan Gus Muhaimin.
“Kita lihat kepastian calon nggeh, kalau dari kader NU hanya Gus Muhaimin, saya kira dukungan nahdliyyin akan mengkristal seperti kepada Kiai Ma'ruf Amin di pilpres tahun 2019,” terang dia.
Pun, pengamatan Gus Salam atas dukungan kiai-kiai NU terhadap pasangan Anies dan Gus Muhaimin akan meluas seiring waktu. “Saya kira dengan berjalannya waktu, dukungan untuk pasangan ini akan meluas, karena beliau berdua (Anies dan Gus Muhaimin) akan membawa kejayaan Islam moderat dan kebhinekaan Indonesia,” ujar Gus Salam. (*)