Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kaesang Jadi Ketua Umum PSI, Pengamat Sebut Hubungan Jokowi dengan Megawati Tak Baik-baik Saja

Bergabungnya Kaesang disebut membuat hubungan Jokowi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sedang tidak baik-baik saja.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Kaesang Jadi Ketua Umum PSI, Pengamat Sebut Hubungan Jokowi dengan Megawati Tak Baik-baik Saja
Kolase Tribunnews.com
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep bergabung ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Bergabungnya Kaesang disebut membuat hubungan Jokowi dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sedang tidak baik-baik saja.

"Ketika Kaesang jadi ketum PSI itu menandakan hubungan Jokowi dengan Megawati sedang tidak baik baik saja dan bertarung pada politik belakang layar di permukaan tidak kelihatan tapi dalam kenyataan politik dalam belakang layar, Mereka sedang adu kekuatan antara Jokowi dan Megawati," kata Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin saat dihubungi, Kamis (28/9/2023).

Ujang menyebut, sikap Megawati dan PDI Perjuangan kerap mengalah kepada Jokowi.

Contohnya ketika dulu Gibran ingin maju jadi calon Wali Kota Solo lewat PDI Perjuangan.

Secara aturan Gibran harusnya menjalani pengkaderan menjadi pengurus di internal partai.

Namun, nyatanya putra sulung Jokowi itu tetap lolos dan menjadi cawalkot Solo.

Berita Rekomendasi

"Ya karena dia anaknya presiden anaknya Jokowi diloloskan oleh Megawati oleh PDIP menjadi calon wali kota kan gitu," ujarnya.

Menurut Ujang, PDIP punya aturan satu keluarga harus satu partai.

Seperti Gubernur Maluku Murad Ismail dipecat karena istrinya bergabung dengan PAN.

"Dalam konteks Jokowi ini agak dilema Megawati dan PDIP harus memecat Jokowi," ungkapnya.

"Jadi sekarang pun agak sulit dan gak berani untuk memecat Jokowi seperti itu, yang ada perang dingin aja antara PDIP dengan Jokowi, antara Megawati dengan Jokowi," tambahnya.

Ujang menilai hubungan, Jokowi dan Megawati sudah lama merenggang.

Terlihat dari sikap PDIP yang kerap kontra dengan Jokowi.

Seperti penolakan kehadiran Timnas Israel di Piala Dunia U-20 sampai masalah penanganan Covid-19. PDIP juga menolak perpanjangan masa jabatan presiden.

"Dalam aturan itu kelihatannya agak sulit untuk menerapkan ke Jokowi, karena Jokowi dianggap walaupun dia petugas partai tapi presiden begitu, ya punya permainan sendiri kira kira tentu berbeda dengan PDIP," ujarnya.

Ujang menilai, sejak dulu Megawati selalu menegaskan bahwa Jokowi maupun Ganjar Pranowo adalah petugas partai.

Baca juga: Menerka Seberapa Besar Pelantikan Kaesang sebagai Ketum PSI Memengaruhi Peta Pilpres 2024

"Karena sebutan itu pula Jokowi mungkin merasa tidak senang bisa jadi, merasa dia merasa orang nomor 1 di Indonesia tapi diatur atur gitu, merasa tidak berdaya, merasa tidak berpengaruh, merasa tidak berperan di partainya sendiri," ujarnya.

"Sedangkan (Jokowi) mampu mengendalikan partai partai lain sedangkan partainya sendiri tidak dikendalikan," kata Ujang.

Tapi, Ujang tidak sepakat jika PDIP dianggap tidak bernyali di hadapan PSI setelah Kaesang bergabung.

Menurutnya, PDIP hanya tidak ingin meladeni PSI saja.

"Kalau PSI sih bukan lawan tanding PDIP makanya PDIP membiarkan saja seperti itu, jadi kalau PDIP tidak bernyali tidak lah, tidak sama sekali PDIP mah jauh karena PSI partai non parlemen," kata Ujang.

"PDIP partai pemenang pemilu, jauh langit dan bumi jadi kalau soal PDIP dan PSI harus dibedakan, PDIP sih tidak akan meladeni apa yang dilakukan PSI," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, pelantikan Kaesang jadi Ketum PSI pun menjadi sorotan, karena ia baru dua hari saja terdaftar sebagai kader PSI, tepatnya pada Sabtu (23/9/2023).

Ditambah lagi latar belakang keluarga Kaesang yang mayoritas merupakan kader PDIP, di antaranya ada sang ayah Presiden Jokowi, kakaknya Gibran Rakabuming Raka yang menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Serta kakak ipar Kaesang, Bobby Nasution yang kini menjabat sebagai Wali Kota Medan.

Keputusan Kaesang memilih PSI sebagai kendaraan politiknya ini pun membuat publik bertanya-tanya.

Apakah hubungan Presiden Jokowi dengan PDIP, khususnya Megawati Soekarnoputri telah retak, sehingga Kaesang lebih memilih bergabung dengan PSI dibanding PDIP.

Baca juga: Pengamat Sebut PSI di Bawah Komando Kaesang Bisa saja Lolos ke Senayan jika Ada Andil Jokowi

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pun menanggapi isu keretakan hubungan Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri ini.

Hasto menegaskan, hubungan Presiden Jokowi dan Megawati baik-baik saja, meskipun putra bungsunya, Kaesang telah dilantik jadi Ketum PSI.

Pasalnya menurut Hasto, selama ini Presiden Jokowi dan Megawati memiliki emotional bonding.

Bahkan Presiden Jokowi dan Megawati juga desain dan komitmen untuk membangun masa depan bersama-sama.

Salah satu yang telah terwujud adalah adalah dengan mendirikan Badan Riset Inovasi Nasional atau BRIN.

Baca juga: Kaesang Resmi Jadi Ketua Umum PSI, Beranikah PDIP Pecat Jokowi? Ini Analisa Pengamat

"Bu Mega, Pak Jokowi itu krek, punya emotional bonding, punya desain masa depan. BRIN itu kan desain bersama-sama, Badan Riset Inovasi Nasional, punya komitmen," kata Hasto dalam tayangan Program 'Berita Utama' Kompas TV, Selasa (26/9/2023).

Lebih lanjut Hasto meminta agar publik tidak hanya melihat hubungan Presiden Jokowi dan Megawati ini di permukaannya saja.

Karena dibalik itu semua Presiden Jokowi dan Megawati masih memiliki hubungan batin.

Serta sama-sama memiliki komitmen terhadap masa dan rakyart Indonesia.

"Jadi politik itu jangan melihat apa yang tampak di permukaan, lihat hubungan batinnya. Lihat komitmen terhadap masa depan, lihat komitmen kepada rakyat Indonesia." terang Hasto. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas