Pernikahan Dini Picu Tingginya Stunting di Jember, Edukasi Bidan Targetkan Penurunan 14 Persen
Terjadinya stunting akibat asupan nutrisi yang kurang dan bisa juga terjadinya infeksi berulang saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Adi Suhendi
Lebih lanjut dikemukakan, angka stunting di Karisidenan Besuki yakni Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember, dan Situbondo, ditambah Lumajang dan Probolinggo, masih cukup tinggi.
“Persoalannya di Jawa Timur ini, terutama karena menikah di usia dini. Angkanya di atas 50 persen,” kata Dwi Listyawardani.
Ketua IBI Jawa Timur, Lestari mengungkapkan bersama 38.698 bidan di seluruh Indonesia, pihaknya berkomitmen untuk membantu dalam menurunkan angka stunting dan mengejar target penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Salah satu peran bidan dalam menurunkan angka stunting tidak hanya di Jember, tetapi juga secara nasional adalah memaksimalkan peran bidan.
“Kita selalu intervensi. Kita selalu melakukan pendampingan terhadap ibu hamil yang risiko itu penting sekali. Jadi temen-temen yang ada di lapangan, selalu kita beri support bahwa kalau memang ada pemeriksaan kehamilan mereka berisiko tinggi, kita sudah punya catatan. Tidak hanya itu, sebagai upaya penurunan stunting kami juga memberikan edukasi penyuluhan,” paparnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr. Hendro Soelistijono mengatakan bahwa berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Jember tahun 2022 sebesar 34,9%, paling tinggi di provinsi Jawa Timur.
“Saya berharap kasus stunting di Kabupaten Jember bisa ditekan lagi sehingga bisa mencapai target 14 persen di tahun 2024,” ujar Hendro.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, Sandy Hendrayono mengemukakan, pihaknya memberikan fokus penurunan angka stunting di Kabupaten Situbondo pada 20 desa di wilayah Situbondo.
“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah dengan melakukan inovasi kelompok Pendukung ASI, yang berperan menciptakan lingkungan mendukung menyusui di pedesaan. Ada 48 kelompok yang terbentuk, tugasnya mencegah stunting melalui asupan ASI. Upaya lainnya untuk peningkatan ASI eksklusif, kami menggunakan suplemen ASIMOR,” papar Sandy.
Dalam acara ini, juga dilakukan edukasi oleh Executive Director DLBS Prof. Raymond Tjandrawinata terkait bahan baku Obat Modern Asli Indonesia yakni HerbaAsimor untuk membantu meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI.
Bahan baku yang berasal dari alam Indonesia, yaitu daun katuk, daun torbangun, dan ikan gabus.
“Kami memahami bahwa banyak ibu-ibu di Indonesia yang sudah hamil produksinya ASI nya susah atau volumenya sedikit, sehingga kami mencari bahan-bahan yang baik dari Indonesia yang bisa tidak hanya meningkatkan volume ASI tetapi juga kualitas ASI," katanya.