Dianggap akan Menjadi Komoditi Strategis, KKP Bangun Budi Daya Ikan Nila di Karawang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai membangun modelling klaster budi daya ikan Nila Salin di Karawang.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mulai membangun modelling klaster budi daya ikan nila salin sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan produksi ikan nila nasional dan menjadikan komoditi strategis yang bisa diandalkan di masa depan.
“Pangsa pasar ikan nila salin sangat terbuka lebar baik domestik maupun ekspor. Berdasarkan trademap tahun 2021, Indonesia berada di posisi kelima sebagai negara pengekspor produk ikan nila di pasar global. Artinya Indonesia sebagai salah satu produsen ikan nila terbaik dunia dengan daya saing yang tinggi,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu.
Dirjen Tebe mengatakan, modelling klaster budi daya ikan nila salin tersebut diharapkan nantinya bisa menjadi percontohan bagi pelaku usaha yang akan memanfaatkan perairan umum seperti danau. Selain itu melalui klaster tersebut, dampak kerusakan lingkungan di perairan umum mampu diantisipasi karena berbasis landbase bukan lake base.
Baca juga: Peluang Usaha bagi Masyarakat Pulau Kecil, KKP Dorong Pengembangan Budidaya Kakap Putih
“Modelling tersebut juga diharapkan memicu kegiatan ekonomi dan tentunya secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan yang menjadi tantangan bersama yaitu bisa terus meyakinkan masyarakat agar mereka tetap tertarik membudi dayakan ikan nila salin sesuai dengan kaidah kaidah Best Aquaculture Practices (BAP) atau Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB),” sambungnya.
Dirjen Tebe menyampaikan, ukuran panen ikan nila salin agar tembus pasar ekspor dan bisa dijual dalam bentuk fillet. “Ikan nila saat ini semakin diminati masyarakat, sehingga permintaan pasar meningkat tinggi. Selain untuk konsumsi lokal, permintaan terhadap komoditas ikan nila untuk ekspor terutama dari Amerika Serikat juga tinggi khususnya dalam bentuk fillet. Oleh karenanya ukuran panen diatur rata rata 700 gram per ekor,” jelas Tebe.
“Kami sebagai pemerintah terus berupaya dalam meningkatkan produksi ikan nila nasional, salah satunya dengan mengoptimalkan fungsi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya (DJPB) dan saling bersinergi. Seperti BLUPPB Karawang melakukan pembangunan modelling klaster budi daya ikan nila salin bersinergi dengan BBPBAT Sukabumi yang terus berupaya memproduksi benih ikan nila salin yang bermutu dan adaptif,”ungkap Dirjen Tebe.
Baca juga: KKP Terus Optimalkan Produksi Benih Gabus Haruan Guna Dukung Pembudidaya di Kalimantan Selatan
Senada dengan Tebe, Kepala BLUPPB Karawang M. Tahang menjelaskan, nantinya pemenuhan kebutuhan benih ikan nila salin akan dibantu oleh BBPBAT Sukabumi. Saat ini terus berupaya menggenjot produksi benih ikan nila jenis unggul yang telah melewati penyesuaian secara bertahap selama masa pertumbuhannya sehingga dapat hidup di air payau. Di sisi lain, benih ikan nila tersebut memiliki keunggulan pertumbuhan yang lebih cepat sehingga dapat dipanen lebih cepat dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit.
Menurutnya, budi daya ikan nila salin sangat prospek untuk dikembangkan mengingat jenis ikan ini lebih mudah dipelihara dan harga jual yang relatif lebih baik.
Tahang menjelaskan, modelling klaster budi daya ikan nila salin di BLUPPB Karawang akan dibangun di kawasan seluas 16 Ha dengan petakan sebanyak 10 petak yang berukuran 2.000 meter persegi dan 10 petak yang berukuran 4.000 meter persegi.
“Dengan padat tebar 25 ekor per meter persegi dengan rata rata berat 50 gram per ekor dan ukuran panen rata rata mencapai 700 gram. Maka ditargetkan akan menghasilkan total produksi 672 ton atau produktivitas 42 ton per Ha per siklus dengan masa pemeliharaan selama 150-180 hari. Jika harga rata rata ikan nila salin Rp 30 ribu per kg, maka perolehan dapat dicapai sekitar Rp20 miliar,” ungkap Tahang.
Baca juga: KKP Hentikan Aktivitas Kapal Asing yang Keruk Pasir Laut di Teluk Jakarta
Tahang menjelaskan modelling klaster budi daya ikan nila salin akan dibangun, selain dengan memperhitungkan keuntungan finansial, juga tetap selaras dengan ekonomi biru yaitu selalu mengedepankan ekologi. Modelling klaster budi daya ikan nila salin selain dibangun petakan tandon dan petakan produksi, juga dibangun saluran masuk dan saluran keluar serta pengelolaan limbah.
Sebelumnya, Menteri Trenggono juga dianggap sukses mengembangkan konsep Budi daya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) Kebumen. Tambak udang terintegrasi tersebut telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Maret lalu dan telah dilaksanakan panen siklus pertama oleh Wakil Presiden RI, K.H Ma'ruf Amin pada akhir Juni. (*)