Prof Ikrar: Jokowi Dulu dengan Sekarang Beda, Jokowi Sekarang Seperti Raja!
Pakar Politik, Prof. Ikrar Nusa Bhakti menyebut ada beda Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dulu dengan sekarang.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
Nggak bisa bung, karena persoalan di sini adalah persoalan bagaimana institusional namanya Polri itu akan benar-benar Netral di dalam pelaksanaan Pemilu ini. Karena terus terang kenapa itu banyak kecurigaan orang, karena memang terus terang Kapolri orang yang sangat dekat dengan Presiden pada saat ini.
Nanti Panglima TNI yang baru yang sedang diproses di DPR dan kemudian KSAD yang baru ini juga memiliki hubungan dekat dengan Presiden. Baik dirinya sendiri atau mertuanya.
Jadi itulah yang kemudian mengatakan this like all the presidentment, ini semuanya orang presiden.
Dan kalau Anda nonton film all the President Man, kasus presiden yang kemudian mengambil data-data dari kantor Partai Demokrat, apakah itu enggak sama kalau kemudian polisi bisa aja mengambil data-data dari KPU dan Bawaslu ketika proses-proses ini sedang berlangsung.
Apakah data itu bukan berarti bisa menjadi data intelejen, yang terjadi yang kebetulan terbuka karena kebetulan ada hubungan MOU yang di situ.
Tapi ada jangan lupa ya namanya data data-data yang seperti itu kan bisa digunakan baik untuk kepentingan yang positif ataupun kepentingan yang negatif.
Prof. Mungkin ada pesan yang ingin disampaikan kepada Pak Presiden Jokowi?
Saya sudah berkali-kali mengatakan bahwa saya tidak ingin Presiden itu mendapatkan apa yang disebut dengan impetsmen atau pemakzulan karena proses-proses seperti ini.
Karena saya juga enggak mau ini menjadi presiden yang keempat, yang turun karena persoalan-persoalan politik, saya beri contoh Bung Karno kan juga ada intervensi dari luar, ada demonstrasi dari dalam negeri, juga persoalan konflik antara PKI dengan TNI AD.
Kemudian Pak Harto juga ada Demonstrasi yang besar dan ada juga institusi internasional yaitu IMF yang menyebabkan beliau jatuh.
Dan jangan lupa ya masa hadir pemerintahan Jokowi khususnya menjelang Pemilu ini, ini adalah masa yang paling sulit.
Kenapa saya katakan sebagai sulit, di tengah gonjang ganjing perang di Ukraina dan Palestina, di Gaza, ini akan menyebabkan itu berarti perekonomian internasional juga terganggu.
Anda tahu bahwa harga minyak dunia ada yang kemudian mengingatkan bisa menjadi 150 dollar per Barel.
Kalau itu terjadi Anda bisa bayangkan berapa harga minyak atau BBM di Indonesia.
Dan kalau itu naik, berapa lagi uang yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga setiap rumah tangga di Indonesia untuk kemudian bisa survice lah.
Karena sekarang aja ya itu banyak rumah tangga yang sudah mengurangi penggunaan listrik, bahkan listriknya Cuma 900 watt.
Pengeluaran untuk makan juga dikurangi ya karena memang harga bahan-bahan pangan menanjak.
Bukan Cuma beras tapi juga bahan-bahan yang lain ya, termasuk sayuran dan daging dan ikan.
Dan anda lihat juga, gara-gara ekonomi internasional yang boleh dikatakan terganggu, itu
mengakibatkan ekspor-impor terganggu dan kemudian apa artinya kalau kemudian impor dari negara luar dari produk Indonesia khususnya yang dari kalangan moneyvakture industry City berkurang, Berapa jumlah orang yang akan kena PHK akibat dari persoalan ekonomi internasional ini.
Dan kalau itu terjadi bagaimana nasib dari anak-anak Indonesia. Dan kemudian kalau kita perhatikan lagi bagaimana nilai tukar dollar terhadap rupiah.
Sekarang akhir pekan ini agak lumayan naik dari misalnya Rp15.900 atau 800 sekarang kalau enggak salah hari ini tuh Rp15.600 dan pernah Rp 15.500.
Tapi Anda tahu untuk menstabilkan nilai rupiah terhadap dollar itu berapa Bank Indonesia kemudian menggunakan cadangan devisa negara.
Kalau kemudian cadangab devisa negara itu dipakai anda tahu bagaimana menggunakan devisa negara ini bisa digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain, buat rakyat Indonesia.
Dan Anda tahu kalau ini kemudian perang di Ukraina dan di Palestina berlangsung langsung terus, just in chas problem ekonomi internasional naik, kalau kemudian dinilai itu ke rupiah mencapai di atas Rp16.000 anda bisa bayangkan atau bahkan seperti yang terjadi pada tahun 97.
Di mana nilai dollar itu mencapai Rp10.000 per US Dollar, langsung lah orang pasti akan menjual dollarnya atau membeli dollar banyak-banyak akibatnya ekonomi Indonesia akan runtuh seperti pada kasus 97-98.
Kalau itu terjadi, tidak bisa tau kan, kira-kira apa yang terjadi pada Presiden Jokowi saat ini.
Jadi itu yang harus diperhatikan dan karena itu menurut saya gunakanlah cadangan devisa negara, uang tabungan Negara untuk sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umum ketimbang digunakan anggaran tersebut untuk kemudian membeli suara dari masyarakat untuk kemenangan pasangan Prabowo-Gibran.
Sebab, kalau itu terjadi saya bisa membayangkan, anda bisa membayangkan berapa triliun rupiah yang dikeluarkan oleh APBN hanya untuk menjadikan seorang anak presiden menjadi wakil presiden Republik Indonesia. (Tribun Network/ Yuda).