Prof Ikrar: Jokowi Dulu dengan Sekarang Beda, Jokowi Sekarang Seperti Raja!
Pakar Politik, Prof. Ikrar Nusa Bhakti menyebut ada beda Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dulu dengan sekarang.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
Sebab, ada dugaan bahwa seluruh alat negara itu bisa dipergunakan untuk memuluskan pasangan Prabowo-Gibran.
Terlebih, saat ini, Presiden Jokowi tengah di kelilingi orang-orang dekatnya yang merupakan ‘genk
Solo’.
Berikut petikan wawancara dengan Prof. Ikrar Nusa Bhakti terkait kondisi politik serta kritikan terhadap Presiden Jokowi di akhir-akhir masa pemerintahannya:
Prof. Ikrar sangat khawati dengan Pak Jokowi, takut endingnya setelah usai pemerintahannya Pak Jokowi malah tidak baik. Atau mungkin Prof juga bisa menangkap atau melihat orang di lingkarannya Pak Jokowi memiliki sudut pandang yang berbeda, kemudian Jokowi bersikap tidak konsisten atau pernyataannya sendiri?
Ya jadi begini ada beberapa poin yang menjauhkan saya menjadi orang yang sangat kritis, satu, saya juga enggak ingin ya Pak Jokowi itu apa namanya itu mengakhiri masa jabatannya dengan yang saya katakan hard landing atau bahkan crash landing.
Makanya ketika beliau bicara mengenai ada drama Korea dan sebagainya, saya jadi ingat itu film Crash Landing On You.
Jadi hal ini yang saya enggak mau terjadi, karena buat buat kami, buat saya pribadi, Pak Jokowi itu tahun 2014 itu adalah seorang calon presiden yang idealkan dengan moto ‘Jokowi Adalah Saya’ dan kemudian beliau menjadi presiden dan kita harapkan inilah presiden yang ideal bagi Indonesia pada saat itu bahkan sampai 2019 itu.
Tapi kalau kemudian beliau kemudian ingin mengangkat anaknya menjadi calon wakil presiden dan kemudian dengan memaksakan dengan berbagai cara atau itu apa namanya itu pokoknya dengan cara-cara yang tidak benar, itu yang kemudian menjadikan kami beberapa orang yang pernah menjadi pendukung keras beliau itu kan menjadi sangat kritis.
Anda lihat saja ada Mas Gunawan Muhammad di situ, ada kemudian juga budayawan juga, beberapa juga apa namanya tokoh-tokoh agama yang baru saja membuat suatu pernyataan di rumah Gus Mus, kemarin.
Itu juga sebenarnya sama intinya bahwa apa namanya tuh janganlah anda berbuat begitu, karena saya melihat Jokowi ini yang tadinya ‘Jokowi Adalah Kita’ sekarang sudah menjadi ‘Jokowi seperti Raja’.
Itu yang saya pikir enggak benar ini karena ini berarti saya teringat oleh puisinya Gus Mus ‘Kok ini Republik rasa Kerajaan’.
Jadi itulah yang kemudian membuat banyak orang itu marah, banyak orang itu mengkritik, Kenapa demikian karena lagi-lagi kalau dia misalnya mengajukan Gibran menjadi calon presiden ketika anaknya itu sudah berusia 40 tahun, fine.
Ketika dia tidak lagi berkuasa, fine, tidak ada persoalan apa namanya itu bangunan dinasti yang akan dipersoalkan oleh masyarakat.
Jadi tapi kalau anda lihat ya ini sudah melanggar hukum, kemudian dilakukan ketika beliau masih menjadi presiden, karena saya yakin, bukan lagi saya menduga, saya yakin akan terjadi abuse of power yang katalog lauge action itu ya apa namanya itu ‘power tends to corrupt, and absolute power corrupt absolutely’.
Sekarang, walaupun presiden Jokowi itu tidak berkuasa secara absolute, tetapi tidak ada kekuatan politik apapun, tidak ada tokoh-tokoh politik apapun, tidak ada institusi bangunan dari trias politika apapun, ya yang bisa menjadi penyeimbang dari kekuasaan eksekutif yang dimiliki oleh Jokowi.