Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Disebut Bisa Capai 5,7 Persen Jika Rusia-Ukraina Damai

Bhima Yudhistira mengatakan dampak langsung perang Rusia-Ukraina terhadap Indonesia itu dapat dilihat dengan kenaikan harga barang.

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Disebut Bisa Capai 5,7 Persen Jika Rusia-Ukraina Damai
State Emergency Service of Ukraine
ILUSTRASI Kondisi Kharkiv pasca-serangan rudal Rusia pada Jumat (6/10/2023). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Momen satu tahun kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia, pada 30 Juni, tahun lalu, menunjukkan kuatnya komitmen dan upaya nyata Indonesia dalam memelihara perdamaian.

Kunjungan Presiden Jokowi juga merupakan kunjungan pertama pemimpin Asia ke dua negara yang tengah dilanda perang tersebut, ditambah dengan keluarnya komunike akhir KTT G20 di Bali, menunjukkan bahwa Indonesia secara konsisten menyerukan penyelesaian secara damai.

Indonesia memiliki kepentingan langsung dalam menengahi perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Pasalnya, meskipun perang terjadi jauh ribuan kilometer, efeknya sangat terasa di seluruh Indonesia.

Perang yang memicu kenaikan suku bunga di banyak negara akibat tingginya suku bunga AS, membuat permintaan ekspor Indonesia menurun dan memperburuk tantangan yang sudah ada sebelumnya, serta mempersulit perusahaan-perusahaan untuk pulih dari kesulitan ekonomi pasca-Covid 19.

Direktur Center for Economic and Law Studies (think tank yang berbasis di Indonesia), Bhima Yudhistira mengatakan dampak langsung perang Rusia-Ukraina terhadap Indonesia itu dapat dilihat dengan mudah kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok, yang pada gilirannya juga menaikkan harga berbagai barang konsumsi lainnya.

“Perang ini telah menimbulkan kerusakan yang luar biasa bagi prospek ekonomi global dan Indonesia,” ungkap Bhima.

Oleh karena itu, ia berharap perang yang melibatkan dua negara produsen penting bagi banyak kebutuhan dunia ini segera diakhiri sehingga perekonomian bisa kembali normal.

BERITA REKOMENDASI

Bhima mengatakan, hampir semua negara berharap agar perdamaian antara Rusia dan Ukraina segera terwujud. Bhima mengacu pada Sidang Umum PBB di bulan Februari lalu, ketika 141 negara, termasuk Indonesia, mengutuk tindakan Rusia dan memilih untuk mendukung penarikan penuh pasukan Rusia dari Ukraina dengan segera dan tanpa syarat.

Bhima juga menambahkan, alasannya, di dunia yang seolah semakin tidak memiliki batasan, ikatan antara satu negara dengan negara lain dan dengan ekonomi global semakin erat. Hampir tidak ada peristiwa yang terjadi di satu negara tidak memiliki dampak pada negara lainnya.

Bhima menambahkan, jika perdamaian Rusia-Ukraina terjadi, efeknya bagi perekonomian global akan luar biasa, termasuk bagi Indonesia.

“Berdasarkan data Kementerian Keungan, ekonomi Indonesia bisa tumbuh diatas 5,3 persen sampai dengan 5,7% jika itu terjadi,” tutur Bhima.

Perkataan Bhima masuk akal. Saat ini, apalagi setelah berkecamuknya perang sejak awal 2022 lalu, dunia dihadapkan dengan tingginya angka inflasi. Harga-harga melejit lantaran perang Rusia-Ukraina menutup, rantai pasokan berbagai komoditas dan sumber energi.

“Semakin cepat perang Rusia-Ukraina selesai, setidaknya gejolak ekonomi global bisa berkurang meski ada ancaman lain yang harus dihadapi, mulai dari inflasi, tren suku bunga, hingga cuaca ekstrim,” kata Bhima.

Seperti diketahui, perang Rusia-Ukraina menyebabkan kebijakan negara-negara cenderung bersifat domesti. Akibatnya, dunia semakin terfragmentasi, siklus perdagangan antar negara terganggu, dan tren globalisasi berubah menjadi deglobalisasi.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas