Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Operasi Senyap Korupsi Tower BTS Gunakan Sandi "Garuda" Uang Rp 40 Miliar Diserahkan di Hotel

Sandi tersebut digunakan untuk serah-terima uang Rp 40 Miliar untuk pengkondisian audit BPK.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Operasi Senyap Korupsi Tower BTS Gunakan Sandi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Terdakwa Anggota III nonaktif Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Achsanul Qosasi hadir dalam sidang perdana di Gedung Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Jakarta, Kamis (7/3/2024). Tipipikor menggelar sidang perdana perkara yang menjerat Anggota III nonaktif Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Achsanul Qosasi dan satu orang pihak swasta bernama Sadikin Rusli terkait kasus dugaan pengkondisian perkara penyediaan infrastruktur base transceiver station (BTS) 4G dan infrastruktur pendukung paket 1, 2, 3, 4, dan 5 yang dikelola oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Sadikin dan Windi pun bertemu di cafe lantai 5 Hotel Grand Hyatt.

Saat bertemu, mereka saling mengucapkan sandi "Garuda" sebagaimana yang telah disepakati Achsanul dan Anang Latif.

"Sadikin Rusli duduk memesan minuman kemudian tidak lama disapa seseorang.
Setelah dekat, Windi Purnama mengatakan GARUDA, Sadikin Rusli menjawab
GARUDA," ujar jaksa, membacakan dakwaan Achsanul Qosasi.

Jaksa juga menyebut guna menerima Rp 40 miliar itu, Achsanul rela menyewa dua
kamar di hotel mewah Grand Hyatt Jakarta yakni kamar nomor 902 dan 909.

Berdasarkan informasi dari berbagai platform penyewaan kamar hotel, harga sewa
kamar di Grand Hyatt Jakarta berkisar pada Rp 3 juta per malamnya.

Sewa kamar itu dilakukan pada 19 Juli 2022 melalui kawannya, Sadikin Rusli.

"Sekitar sore hari Sadikin Rusli sampai Hotel Grand Hyatt Jakarta, Setelah itu terdakwa Sadikin rusli membuka dua kamar di hotel tersebut," kata jaksa penuntut umum.

Berita Rekomendasi

Ngaku Tertekan

Anggota III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Achsanul Qosasi sempat bercerita bahwa dirinya tertekan secara psikologis sebagai tahanan kasus korupsi tower BTS 4G BAKTI
Kominfo.

Cerita itu disampaikannya saat sidang di Pengadilan Tipikor pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat usai jaksa penuntut umum membacakan dakwaan terhadap
Achsanul Qosasi.

"Memang hukuman sosial bagi saya sudah jatuh tentunya dan mengakibatkan kondisi
psikologi saya yang drop," kata Achsanul Qosasi di persidangan.

Dia pun memohon kepada Majelis Hakim untuk diizinkan berobat di luar Rutan.
Permohonan izin tersebut katanya berdasrkan hasil pemeriksaan oleh dokter di Rutan.

"Kemudian dua minggu berikutnya saya direkomendasikan untuk melakukan general
check up di rumah sakit Adhyaksa. Mohon pertimbangan, Yang Mulia," kata Achsanul
Qosasi.

Terkait tekanan psikologis itu, Hakim Ketua, Fahzal Hendri sempat memberikan
pemahaman kepada Achsanul Qosasi.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas