Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat Nilai PDIP Lebih Cocok Jadi Oposisi Daripada Berada di Pemerintahan

Akademisi Universitas Al-Azhar itu menyinggung, pemerintahan tanpa oposisi akan berjalan tanpa pengawasan.

Penulis: Ibriza Fasti Ifhami
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Pengamat Nilai PDIP Lebih Cocok Jadi Oposisi Daripada Berada di Pemerintahan
Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri menggunakan hak suara dengan mencoblos di TPS 053, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta, pada Rabu (14/2/2024). 

Laporan wartawan Tribunnews, Ibriza Fasti Ifhami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menilai PDI Perjuangan (PDIP) lebih cocok menjadi oposisi pemerintah daripada berada di dalam pemerintahan.

Hal ini terkait isu akan merapatnya partai yang dipimpin Megawati Soekaronputri itu ke kubu Prabowo-Gibran, yang notabene merupakan kompetitornya di Pilpres 2024.

Baca juga: Jika PDIP Merapat ke Prabowo-Gibran, Pengamat Nilai akan Ada Rekonsiliasi

"Kalau PDIP sih lebih lincah tuh ada di oposisi. Lebih bagus. Lebih hot di oposisi dibandingkan di pemerintahan," ungkap Ujang, saat dihubungi Tribunnews.com, pada Sabtu (13/4/2024).

Namun, kata Ujang, bergabung atau tidaknya PDIP ke kubu Prabowo-Gibran tetap menjadi keputusan Megawati.

Di sisi lain, akademisi Universitas Al-Azhar itu menyinggung, pemerintahan tanpa oposisi akan berjalan tanpa pengawasan.

"Kalau pemerintahan berjalan tanpa oposisi, tidak ada yang mengawasi. Tidak ada yang mengontrol," ungkapnya.

Baca juga: Haidar Alwi: Serangan Hasto Terhadap Presiden Jokowi dapat Merugikan PDIP

Berita Rekomendasi

Dalam keadaan tersebut, Ujang menilai, fungsi oposisi akan diambil oleh pihak non parlementer, yakni rakyat.

"Walaupun kita tidak mengenal istilah oposisi di luar parlemen itu. Tapi akan seperti itu," ujarnya.

Hal itu dinilainya akan memberikan dampak buruk bagi demokrasi Indonesia.

"Kalau kita sudah sepakat demokrasi, mesti ada second balances, ada yang memerintah, ada yang di luar pemerintahan mengawasi dan mengontrol, agar pemerintahan tidak salah jalan, tidak salah arah, on the track, agar tidak abuse of power, agar tidak otoriter," kata Ujang.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengajak Prabowo merangkul pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD masuk ke dalam pemerintahan 2024-2029.

"Sebetulnya dua ini (Prabowo dan Ganjar) kan sahabat," ungkapnya seusai menghadiri acara open house di rumah dinas Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, Jalan Widya Chandra, Jakarta Selatan pada Kamis (11/4/2024).

Bamsoet berharap Prabowo dan Ganjar bisa merekonsiliasi setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan hasil sengketa Pilpres 2024.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas