Kasusnya Penuh Kejanggalan, Istri dan Tetangga Tak Percaya Brigadir Ridhal Bunuh Diri Tembak Kepala
Tetangga dan istri tak percaya Anggota Satlantas Polresta Manado, Brigadir Ridhal Ali Tomi disebut bunuh diri, tembak kepala sendiri di Alphard.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Satlantas Polresta Manado, Brigadir Ridhal Ali Tomi, yang disebut polisi tewas dengan cara menembak kepalanya sendiri di dalam mobil Toyota Alphard B 1544 QH pada Kamis (25/4) sore, dikenal sebagai sosok yang baik dan rajin beribadah.
Karena itu, tetangga yang berada di depan lokasi penembakan mengaku tak percaya dengan penjelasan polisi yang menyebut Brigadir Ridhal tewas bunuh diri.
”Ya kan yang diungkapnya bunuh diri sih, tapi kalau saya enggak percaya, karena saya tahu orangnya baik [Brigadir Ridhal]," kata I, tetangga di depan lokasi penembakan kepada wartawan di rumahnya, Sabtu (27/4).
I kemudian mendeskripsikan mengenai sosok Brigadir Ridhal yang ia tahu. Menurutnya, korban adalah orang yang sehari-harinya baik dan rajin beribadah.
Bahkan saat bulan Ramadan lalu, Brigadiri Ridhal disebutnya menjalankan ibadah tarawih penuh. "Orangnya rajin ibadah. Orang puasa, tarawih aja full kok," ungkapnya.
I juga menyebut Brigadir Ridhal memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan seringnya ia berkumpul dengan warga sekitar rumah tersebut.
"Enggak ada sama sekali (gelagat mencurigakan). Seminggu kemarin tuh sampai jam 2 malam ngobrol di sini. Sering (berkumpul), iya semuanya sering ngobrol di luar kok orang-orangnya," tuturnya.
Brigadir Ridhal Ali menurut I sudah bekerja di rumah tersebut bersama bosnya selama 2 tahun terakhir.
Namun, I tak merinci siapa sosok bosnya tersebut. Dia cuma tahu rumah yang merupakan lokasi kejadian adalah rumah bos dari Brigadir Ridhal. "Bosnya, rumah bosnya. Dia sopir, sopir kan," sebut I.
Baca juga: Rumah di Mampang Saksi Bisu Kematian Brigadir Ridhal, Milik Eks Menteri atau Pengusaha Tambang?
I mengatakan Brigadir Ridhal juga sempat ikut bosnya ke Jawa Timur saat lebaran lalu. Namun lagi-lagi ia tidak menjelaskan secara pasti siapa bos yang dimaksud.
"Pas lebaran itu dia posisi dia ikut bosnya ke Jawa Timur," kata dia.
Keterangan I ini sama dengan apa yang diungkapkan istri Brigadir Ridhal, Novita Husain (37). Ia menyebut suaminya sudah 2 tahun di Jakarta mengawal seorang pengusaha.
"Dia BKO, dari tahun 2022," kata Novita di Minahasa, Sulawesi Utara, Sabtu (27/4).
"Ada, bapak pengusaha," kata Novita saat ditanya siapa yang dikawal oleh Ridhal.
Namun, ia tidak mau mengungkapkan identitas pengusaha tersebut. "(Cukup) cuma sampai di situ," katanya.
Keterangan I dan Novita ini berbeda dengan keterangan Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Pol Ade Rahmat Idnal, yang menyebut Ridhal ada di Jakarta karena sedang mengambil cuti.
"Sedang cuti berdasarkan keterangan dari Kapolresta Manado kepada kami," ujar Ade kepada wartawan, pada Jumat (26/4).
Ade juga menegaskan bahwa Brigadir Ridhal tewas bukan karena aksi penembakan, melainkan karena bunuh diri.
"Bukan penembakan ya, tapi bunuh diri," ucapnya.
Keterangan Kapolres itu tak dipercaya begitu saja oleh Novita. Ia tidak percaya suaminya tewas bunuh diri. Novita mengaku sangat mengenal karakter suaminya.
"Kalau ada yang bilang almarhum bunuh diri saya tidak percaya karena saya sangat tahu sifatnya seperti apa. Almarhum sangat sayang anak-anak jadi tidak mungkin dia berbuat seperti itu," ujar Novita.
Perempuan yang akrab disapa Osin ini mengatakan dirinya mendapatkan informasi suaminya bunuh diri dari bosnya yang ada di Jakarta.
"Bosnya yang telepon katanya Ali bunuh diri di dalam mobil. Saya kaget tapi sampai saat ini kami keluarga tidak percaya," tandasnya.
Dia juga mengungkapkan beberapa kali ingin memperjelas insiden yang menimpa suaminya itu dengan meminta bukti.
"Saya sudah coba minta bukti foto atau video cuma bos itu tidak berikan katanya bisa syok melihat keadaan Ali," tuturnya saat ditemui Tribunmanado.co.id.
Baca juga: Pihak Keluarga Legowo Soal Hasil Visum Brigadir Ridhal Ali yang Diduga Bunuh Diri di Jakarta Selatan
Polisi masih mendalami kasus ini. Hingga kemarin total sudah 18 saksi yang diperiksa dalam rangkaian proses penyidikan.
"Satu saya clear-kan itu bukan pembunuhan, itu bunuh diri, kita sudah olah TKP kita periksa rekaman CCTV-nya sudah beberapa saksi sudah sekitar 18 saksi diperiksa di TKP," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Ade Rahmat Idnal saat dihubungi, Sabtu (27/4).
Kemudian, kata Ade Rahmat, pihaknya juga berencana memeriksa handphone korban untuk dilakukan penyelidikan secara scientific.
"Untuk motif dia bunuh diri masalah pribadi. Itu masih kita dalami kepada istri, kerabat, dan keluarga. Nah kita akan buka nanti isi HP yang bersangkutan gitu kan," ucapnya.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Bintoro mengatakan pemeriksaan hp ini untuk mengetahui motif sebenarnya polisi tersebut tewas.
"(Periksa hp untuk tahu) motifnya dari bunuh diri," ungkapnya.
Baca juga: Soal Kasus Brigadir Ridhal Tewas Akhiri Hidup, Pengamat Pertanyakan Pembinaan Mental Polisi
Saat ini jenazah Brigadir Ridhal sudah dibawa ke RS Polri Kramat Jati. Pihak keluarga juga telah tiba dari Manado ke Jakarta untuk memberikan izin proses autopsi.
Kemarin polisi masih menunggu izin dari pihak keluarga untuk melakukan otopsi terhadap jenazah korban.
"Sudah kita lakukan kita bisa simpulkan itu bunuh diri bedah forensik ini lagi nunggu keluarga untuk menyaksikan kondisi mayat setelah itu dilakukan otopsi," kata Kombes Ade Rahmat.
Ia mengatakan pihaknya tidak mau terburu-buru untuk melakukan otopsi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Supaya tidak ada terjadi otopsi ulang gali kuburan kita lihat kondisi ya disaksikan sama-sama oleh pihak keluarga," ucapnya.
"Jadi tidak ada masuk peti mati, soalnya kalo langsung di autopsi ada bekas jahitan nanti ada sangka-sangka terus kemudian kita lihatkan rekaman video pada keluarga, CCTV yang sudah di laboratorium forensik," sambungnya.(tribun network/abd/fer/dod)