Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ada Kajian Islam Berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Paling Ramai Peserta Diantara yang Lain

Ada sejumlah pengajian yang digelar di Masjid Nabawi setiap usai salat Maghrib.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Ada Kajian Islam Berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi, Paling Ramai Peserta Diantara yang Lain
Tribunnews/Taufik
Suasana kajian Islam berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi. Kajian ini yang terlihat paling ramai dibanding lokasi kajian-kajian lainnya. 

"Waktu itu saya sedang pulang ke Indonesia. Tiba-tiba dihubungi disuruh kembali ke Madinah untuk ke Masjid Nabawi," kisah Ariful.

Setelah tes wawancara dengan salah seorang syekh, ada empat mahasiswa Indonesia yang dinyatakan lulus. Dua di antaranya mengundurkan diri. Tinggal Ariful Bahri dan Irsyad Hasan.

Baca juga: Lagi Jemaah Haji Indonesia Wafat, Nurasiah Ladalle Meninggal 2 Jam Setiba di Tanah Suci

"Kami berdua mengisi kajian berbahasa Indonesia. Saya kebagian setelah Magrib, Ustaz Irsyad sore," kata Ariful Bahri.

Namun, Irsyad Hasan tidak lama menjadi pengisi kajian di Masjid Nabawi. Kini tinggal Ariful Bahri pengisi kajian berbahasa Indonesia di sana.

Perjalanan Ariful Bahri sampai ke Madinah juga luar biasa. Setelah lulus SD, ia melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah. Saat kelas 3 MTs, ada pondok pesantren baru di kampungnya. Ia keluar dari MTs dan masuk ke pondok tersebut.

"Ada yang menawari, gratis. Tapi saya harus mengulang dari kelas 1," kata Ariful.

Saat kelas 5 (kelas X Madrasah Aliyah), Ariful sudah hafal Alquran. Padahal di pondok itu tidak ada tahfidz atau program menghafal quran. Pihak yayasan menghadiahi Ariful umrah. Ariful lulus sekolah pada 2006. Kemudian 2007 berangkat umrah sebagai hadiah karena menjadi hafidz.

Berita Rekomendasi

"Saat umroh itu, pas di Madinah saya main ke Universitas Islam Madinah. Lalu ikut tes masuk. Dan alhamdulillah diterima," kata lulusan Pondok Pesantren Ansor Sunnah, Kampar ini.

Setahun kemudian, 2008, ia mulai kuliah di UIM. S1 mengambil jurusan Quran. Lalu pindah ke Ushuluddin. Kemudian S-2 dan S-3 mengambil jurusan akidah.

Baca juga: Cuaca Panas di Makkah Capai Suhu 42 Derajat Celcius, Jemaah Haji Diimbau Perhatikan Hal Ini

“Akidah ini meliputi perbandingan agama dan firqah," ujar bapak empat anak ini.

Ia resmi menyandang gelar doktor tahun lalu, tepatnya 4 Mei 2023. Desertasinya mendapat nilai sempurna atau Mumtaz ala martabat syaraf.

Selain menjadi pengisi kajian, Ariful juga sibuk menulis. Karya bukunya antara lain Ziarah Madinah dan Keutamaannya serta Untukmu Wahai Tamu Allah. Buku itu ia tulis bersama Ustaz Abu Yusuf.

Sudah 15 tahun dia di Madinah. Istri dan anaknya juga tinggal di sana. Tapi dia masih berkeinginan, suatu saat nanti kembali pulang ke Indonesia. “Tapi kapan, saya juga belum tahu sampai kapan,” akunya.(ufi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas