Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kata Psikolog soal Polwan Bakar Suami: Pelaku Alami Tekanan Batin yang Lama

Tindakan polisi wanita (polwan) Briptu FN membakar suaminya Briptu RDW menjadi sorotan publik. Psikolog menilai Briptu FN mengalami penderitaan.

Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Kata Psikolog soal Polwan Bakar Suami: Pelaku Alami Tekanan Batin yang Lama
Serambinews.com
Sosok polwan diduga tega membakar suaminya, Briptu RDW, yang juga berprofesi sebagai polisi. Tindakan polisi wanita (polwan) Briptu FN membakar suaminya Briptu RDW menjadi sorotan publik. Psikolog menilai Briptu FN mengalami penderitaan. 

"Dalam tahapan perkembangan kita menyebutnya fase oral, fase oral ini tidak hanya berbicara mengenai kebutuhan gizi pada ASI."

"Tetapi ada kebutuhan-kebutuhan psikis lain," ucapnya, dilansir TribunJatim.com, Rabu.

Dosen yang akrab disapa Olin itu berujar, mungkin karena terdesak keadaan, anak-anak itu bisa mengkonsumsi susu formula.

Namun, kebutuhan mereka akan bonding (ikatan) dengan orang tua khususnya ibu sangat dibutuhkan.

Selain itu, anak pertama yang masih berusia dua tahun juga membutuhkan bimbingan sang ibu untuk bersiap memulai fase toilet training.

"Fase ini anak mulai bersiap untuk mengerti bahwa bukan hanya penggunaan toilet, tapi di mana saya harus boleh mengeluarkan anggota tubuh saya di mana saya harus menjaga tubuh saya."

"Pada tahapan ini sebenarnya sangat diperlukan bimbingan arahan dari orang tua," lanjutnya.

BERITA REKOMENDASI

Ia mengapresiasi apabila pihak kepolisian tetap memberikan kebijakan kepada Briptu FN untuk memenuhi hak ketiga anaknya yang masih membutuhkan sang ibu.

"Saya rasa pasti teman-teman kepolisian sudah langsung melakukan itu dan dia (pelaku) butuh di support (dukungan) kalau memang dia mulai menyesali situasi ini," ungkapnya.

Dukungan ini perlu diberikan karena kemungkinan pelaku akan menyadari bahwa yang telah terjadi adalah ketidakmampuannya dalam mengelola emosi yang terlalu berat.

"Maka perlu diyakinkan bahwa ia masih tetap menjadi seorang ibu dengan segala keterbatasannya."

"Ini jadi pembelajaran buat kita semua bahwa memiliki sebuah status dalam kehidupan itu erat hubungannya dengan tuntutan yang harus dipenuhi sehingga ini tidak hanya bicara terkait dengan tuntutan sosial kapan punya anak," terangnya.


Menurutnya, kesiapan memiliki anak harus dengan penuh kesadaran dan kesiapan mental baik dari ibu maupun ayah.

Pasalnya, akhir-akhir ini banyak kasus wanita yang akhirnya harus menghidupi dirinya sendiri padahal memiliki suami.

Hal ini menunjukkan masih ada suami yang tidak menyadari penuh akan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai suami maupun sebagai ayah.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul: Dosen Psikolog Untag Soroti Nasib Anak dari Briptu FN, Tetap Ada Pendampingan dari sang Ibu.

(Tribunnews.com/Deni)(TribunJatim.com/Sulvi)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas