Ketua Banggar DPR Sebut RAPBN 2025 Disiapkan Hadapi Tantangan
Said Abdullah minta pemerintah waspada terhadap sejumlah indikator sektor keuangan yang menunjukkan tren kurang baik karena kurs rupiah terus naik.
Penulis: Fersianus Waku
Editor: Theresia Felisiani
Dengan demikian, kebutuhan pemerintah dan pelaku usaha untuk mendapatkan likuiditas ke depan akan sangat kompetitif dan berbiaya mahal.
Karenanya, Said menyebut, untuk membantu pemerintah memiliki kelonggaran dalam bergerak, khususnya pada pemerintahan ke depan menghadapi sentimen negatif dari eksternal, posisi Banggar DPR terhadap sejumlah asumsi ekonomi makro dan postur RAPBN 2025, yakni;
Pertama, target pertumbuhan ekonomi di patok pada kisaran 5,1 – 5,5 persen. Kedua, tingkat inflasi pada kisaran 1,5 -3,5 persen. Ketiga, nilai tukar (kurs) Rp/USD Rp 15.300-15.900.
Keempat, yield SBN 10 tahun 6,9 – 7,2 persen. Kelima, harga minyak mentah Indonesia 75-80. Keenam, lifting minyak bumi 580-605 ribu barel. Ketujuh, lifiting gas bumi 1.003-1.047 setara ribu barel.
Baca juga: Sri Mulyani: Prabowo Setuju Jaga Defisit APBN di Bawah 3 Persen
Menurut Said, asumi tersebut sesungguhnya tidak terpaut signifikan dari usulan asumsi ekonomi makro yang diusulkan pemerintah kepada DPR, semisal kurs batas atas Banggar DPR pada posisi Rp 15.900, sementara pemerintah Rp 16.000.
Namun, pemerintah sepakat batas atas kurs menjadi Rp 15.900 agar ada upaya pengendalian rupiah yang lebih signifikan.
"Yield SBN, Banggar DPR pada posisi batas atas 7,2 persen, sementara pemerintah 7,3 persen. Pemerintah menyepakati usulan Banggar DPR atas batas atas yield," ucapnya.
Sementara, target lifting minyak bumi, Banggar DPR mematok volume yang lebih tinggi dari target pemerintah semula 580 - 601 ribu barel.
Dia menegaskan, Banggar DPR mendukung usulan Komisi VII DPR di level 580 - 605 dan pemerintah sepakat atas hal itu.
Karenanya, Said mendorong agar batas atas yield tidak semakin tinggi, meskipun era suku bunga tinggi jadi kecenderungan pada setahun ke depan.
Namun, risiko beban bunga yang akan dihadapi oleh pemerintah ke depan juga akan semakin memberatkan.
Banggar DPR agar target lifting minyak bumi lebih tinggi. Sebab, investasi di sektor hulu terjadi peningkatan.
"Di lain pihak, peningkatan kapasitas produksi minyak bumi sebagai bantalan PNBP kita ke depan," ungkap Said.
Baca juga: Prabowo Pastikan Jaga Defisit APBN di Bawah 3 Persen, Ekonom: Tenangkan Pasar Valas dan SBN
Atas postur pendapatan dan belanja pada RAPBN 2025, Said memperkirakan pendapatan negara Rp 2.986,3 triliun, belanja negara Rp 3.542 triliun, dan defisit APBN Rp 555,7 triliun (2,29 persen PDB) dengan asumsi PDB 2025 sebesar Rp 24.270 triliun.