Obat di Indonesia Mahal, Prof Tjandra: Ini Salah Satu Alasan Orang Kita Berobat ke Luar Negeri
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mendesak pemerintah segera menurunkan harga obat-obatan di Indonesia.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,Jakarta - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama mendesak pemerintah segera menurunkan harga obat-obatan di Indonesia.
Menurut dia, sudah bukan rahasia lagi jika harga obat di negara tetangga seperti Malaysia jauh lebih murah dibanding Indonesia.
Selain itu, pengalamannya tinggal dan bertugas di India juga memberikan bukti bahwa harga obat dengan jenis yang sama lebih murah di India.
Baca juga: Obat-obatan di Indonesia Mahal, Menkes Ungkap Usulan Asosiasi Industri Kesehatan untuk Tekan Harga
“Tunggu langkah konkret yang akan dilakukan pemerintah, sehingga obat yang masyarakat konsumsi dapat jadi jauh lebih murah, sama seperti dinikmati rakyat Malaysia dan India,” ujar dia kepada wartawan, Rabu (3/7/2024).
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI menyebut bahwa tingginya harga bukan hanya pada obat tapi juga alat kesehatan, akhirnya berdampak pada harga pelayanan kesehatan yang turut menjadi lebih mahal.
“Inilah jadi salah satu alasan juga kenapa ada banyak laporan tindakan kesehatan tertentu di negara Jiran memang lebih murah, karena obatnya jauh lebih murah dan demikian juga biaya pemeriksaan lainnya. Ini juga dapat jadi salah satu alasan kenapa ada jutaan kunjungan warga kita ke luar negeri untuk berobat,” ungkap Prof Tjandra.
Memilih Membeli Obat dari India
Ia menceritakan, sampai sekarang dirinya masih sering konsumsi obat yang dibeli di India.
Saat rekan sejawat WHO dari New Delhi ke Jakarta, dirinya meminta teman dari WHO untuk membeli dan membawakan obat-obatan tersebut.
Berikut perbandingan harga obat yang dikonsumsinya di Indonesia dan India: Harga 1 tablet Atorvastatin 20 mg di apotik di Jakarta adalah Rp6.160, dan harga di India hanya 4,9 Indian rupees, atau Rp1000.
Lalu, 1 tablet Clopidogrel 75 mg di Jakarta adalah Rp7.835 dan di India hanya 7,7 Indian rupees, atau Rp1.540.
Obat ketiga, Telmisartan 40mg di Jakarta adalah Rp5.198, dan harga di India hanya 7,4 Indian rupees, atau Rp1500.
“Terakhir, obat hipertensi istri saya Concord 2.5 mg harga di Jakarta adalah Rp10.711 sementara harga di India hanya 7,8 Indian rupees, atau Rp1.560. “Jadi untuk obat ini harga di Jakarta enam kali lebih tinggi dari harga di New Delhi,” tutur dia.
Ia mengatakan, di semua kemasan obat di India selalu tercantum harganya.
Membeli di kota mana pun di India maka harganya sama.
Tentu dikontrol ketat oleh pemerintah India.
“Ini suatu contoh yang baik kalau bisa diterapkan juga di Indonesia, dengan dua keuntungan. Keuntungan ke satu, masyarakat jadi tahu persis harganya karena tercetak di kemasan obat, dan keuntungan kedua harga akan sama di seluruh wilayah,” jelas Prof Tjandra.