Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
Tujuan Terkait

Bantu Ketahanan Pangan Nasional, Anak Muda Diharapkan Tak Malu jadi Petani

Menurutnya, pengabdian di sektor formal bukan satu-satunya opsi setelah lulus kuliah. Di sini ada sektor pertanian yang perlu jadi perhatian bersama.

Editor: Acos Abdul Qodir
zoom-in Bantu Ketahanan Pangan Nasional, Anak Muda Diharapkan Tak Malu jadi Petani
Istimewa
Komandan TKN Fanta Arief Rosyid Hasan bersama para Wakil Komandan dan Koordinator Fanta beserta Tim Fanta Headquarters melakukan panen raya singkong di Desa Benteng, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (21/8/2024). 

TRIBUNNEWS.COM - Komandan Tim Kolaborasi Nasional (TKN) Fanta, Arief Rosyid Hasan mendorong anak muda terjun menjadi petani untuk membantu program ketahanan pangan nasional.

Menurutnya, ketahanan pangan harus diurus dari sekarang. Jika masalah pertanian diurus saat masa krisis, maka pemerintah dan publik bisa kelimpungan.

"Kita dorong bahwa anak muda jangan malu menjadi petani. Petani 'zaman now' kita lihat sudah mulai pada canggih dari ilmunya, juga teknologinya. Ini sektor yang harus jadi perhatian serius untuk ketahanan pangan di masa mendatang," ujar Arief dalam keterangannya, Rabu (21/8/2024).




Hal itu disampaikannya saat menghadiri Panen Raya Singkong di lahan yang dikelola Fanta Village di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Diketahui, TKN Fanta sebelumnya adalah Tim Kampanye Nasional (TKN) Pemilih Muda dari pasangan calon (paslon) Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024.

Arief mengapresiasi Koordinator Fanta Village yang juga merupakan Koordinator Petani Milenial se-Kabupaten Bogor, Supardi, yang secara konsisten menggawangi kelompok-kelompok petani muda di wilayahnya. Jika dilihat, lanjut dia, salah satu masalah bagi anak muda utamanya adalah lapangan kerja.

"Data BPS 2017-2022 mengungkapkan bahwa dari lulus kuliah belum tentu bisa kerja di sektor formal, hanya sekitar 13 persen yang lulus dan mendapatkan pekerjaan. Jadi cepat-cepat lulus S1 tidak serta merta menyelesaikan masalah," kata Arief.

Baca juga: Impor Pangan RI Bakal Melonjak Gegara Makan Bergizi Gratis, Ini Kata Kepala Bappenas

BERITA TERKAIT

Menurutnya, pengabdian di sektor formal bukan satu-satunya opsi setelah lulus kuliah. Di sini ada sektor pertanian yang perlu jadi perhatian bersama.

"Tadi dalam perjalanan, saya diskusi dengan teman-teman Fanta, indeks pembangunan manusia (IPM) itu kan ada tiga dimensi utamanya, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup yang layak. Maka itu tadi, sektor pertanian sebagai salah satu jawaban untuk mendorong standar hidup yang layak bagi Gen Z, mungkin nanti juga Gen Alpha dan seterusnya," jelas Arief.

Di sisi lain, dalam Pidato Kenegaraan Pengantar RAPBN 2025 yang disampaikan dalam Sidang Tahunan MPR RI Jumat, 16 Agustus 2024 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan anggaran ketahanan pangan direncanakan sebesar Rp 124,4 triliun. Anggaran ini diarahkan untuk mendukung peningkatan produktivitas, menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan, perbaikan rantai distribusi hasil pertanian, serta meningkatkan akses pembiayaan bagi petani.

"Sesuai yang telah dirancangkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi dalam sinkronisasinya menuju pemerintahan baru, ketahanan panngan menjadi satu dari tujuh strategi kebijakan jangka pendek akan difokuskan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi," ucapnya.

"Insya Allah, Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka akan melanjutkan dan menyempurnakan apa yang telah diperjuangkan selama 10 tahun pemerintahan Pak Jokowi. Fanta Village terus dengan komitmen mencetak petani-petani muda baru, agar regenerasi petani berjalan secara sehat, dan ketahanan pangan terus terjaga," tutupnya.

Baca juga: Satgas Pangan Polri Temukan Hambatan Penyaluran Bantuan Pangan Pemerintah di Yogyakarta

Sementara itu, Supardi menyampaikan, para petani milenial memiliki misi memperjuangkan pangan, dan melestarikan gerakan menanam sehingga pekerjaan petani tidak punah.

"Kami juga selama ini selain bertani, kami juga mengupayakan regenerasi petani dengan berbagai pelatihan dan pendampingan. Yang duduk di depan ini petani pelajar yang kita bina," ucap Supardi yang pernah dikirim ke Jepang untuk belajar manajemen pertanian itu.

Kemudian setiap Rabu, para petani belajar Bahasa Jepang untuk meningkatkan kapasitas anak-anak muda. Bahkan di antaranya ada yang telah menguasai Bahasa Korea.

"Insya Allah, kami berjuang untuk masa depan pangan Indonesia, sebab jika bukan generasi kita, siapa lagi?” pungkasnya.

Perwakilan Ketua Desa Wisata Benteng, Wahyu Syarif Hidayat menambahkan, Desa Benteng selama ini memang memiliki konsentrasi di bidang pertanian, utamanya petani muda.

"Desa Benteng ini kami kelola dengan konsep agro eco park, lengkap dengan peternakan juga wisata," kata Wahyu.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas