Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dokter Aulia Disebut Sempat Dipaksa Kerja Hampir 24 Jam, Pernah Jatuh Masuk Selokan karena Drop

Pengacara keluarga Dokter Aulia Risma Lestari atau ARL, Misyal Achmad mengatakan Dokter Aulia disebut pernah alami saraf kejepit karena dipaksa kerja.

Penulis: garudea prabawati
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Dokter Aulia Disebut Sempat Dipaksa Kerja Hampir 24 Jam, Pernah Jatuh Masuk Selokan karena Drop
Kolase tribunpantura.com/ Fajar Bahruddin Achmad
Pemakaman ayah dokter Aulia Risma Lestari di TPU Panggung Kota Tegal, Jawa Tengah, Selasa (27/8/2024) (kiri). Pengacara keluarga Dokter Aulia Risma Lestari atau ARL, Misyal Achmad mengatakan Dokter Aulia disebut pernah alami saraf kejepit karena dipaksa kerja. 

TRIBUNNEWS.COM - Pengacara keluarga Dokter Aulia Risma Lestari atau ARL, Misyal Achmad membeberkan, mahasiswi Anestesi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah itu pernah mengalami kondisi drop lantaran kelelahan dalam bekerja.

Seperti diketahui, dokter ARL merupakan mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Undip Semarang yang ditemukan tewas di kamar kosnya pada Senin (12/8/2024) malam.

Dokter Aulia disebut mengalami bullying oleh senior, menurut hasil investigasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

Misyal mengatakan, korban sempat dipaksa bekerja mulai pukul 03.00 WIB hingga pukul 01.30 WIB saat praktik di RSUP Kariadi.

Menurut Misyal, pemaksaan itu dilakukan setiap hari sampai berdampak di kondisi kesehatannya.

"Itu setiap hari hingga drop," kata Misyal, mengutip Kompas.com.

Hal itu imbuhnya, membuat dokter ARL pernah jatuh masuk ke selokan dan membuat saraf korban terjepit.

BERITA TERKAIT

"Dia (korban) dioperasi dua kali," kata dia.

Disuruh Angkat Galon hingga Beli 80 Boks Makanan

Selain itu Misyal juga mengungkap fakta baru terkait kasus dugaan bullying pada Dokter PPDS di Semarang itu.

Kata Misyal, Dokter Aulia harus memesan 80 boks makanan saat mengikuti PPDS Anestesiologi di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Baca juga: 3 Fakta Baru Kasus Kematian Dokter Aulia: Disuruh Angkat Galon dan Pesan 80 Boks Makanan Tiap Hari

Tak hanya itu, Dokter Aulia juga disebut diperintah untuk mengangkat galon.

"Itu dilakuan setiap hari," kata Misyal Achmad.

Selain itu, dokter ARL juga diminta menyetorkan dan mengumpulkan uang untuk membayar orang yang mengerjakan jurnal milik atasan, mengutip Kompas.com.

"Sampai seperti itu. Jadi miris kita melihatnya," ungkap dia.

Undip Tak Ingin Kasus Jadi Bola Liar

Rektor Universitas Diponegoro (Undip),Prof. Suharnomo, mengatakan peristiwa meninggalnya salah satu mahasiswa PPDS Undip sudah menjadi bola liar yang berpotensi merugikan semua pihak.

Kata dia, jika itu dibiarkan, bukan saja penyelenggara pendidikan tinggi yang dirugikan.

Itu juga bisa mengganggu komitmen untuk menyediakan dokter spesialis yang dicanangkan pemerintah.

"Ajakan ini bukan untuk kepentingan Undip. Kampus ini lahir untuk mengabdi kepada bangsa, negara dan umat manusia melalui bidang pendidikan. Undip ini statusnya badan hukum milik negara, namun keberadaannya didedikasikan untuk masyarakat," ungkapnya, mengutip Kompas.com.

Prof. Suharnomo mengatakan harusnya kejadian meninggalnya salah satu mahasiswa PPDS yang diduga dirundung seniornya dijadikan momen untuk evaluasi bersama.

"Kami berharap peristiwa ini menjadi momentum evaluasi bersama. Tidak bijaksana kalau peristiwa ini menjadi wacana dan polemik serta perdebatan semata. Jangan pula menjadi bahan untuk menyalahkan satu dan lainnya," ujarnya.

Undip menyerahkan ke pihak berwajib Karena itu, Undip mengajak semua pihak mengakhiri perdebatan yang tidak produktif, melakukan evaluasi, dan kembali menatap kedepan melakukan hal-hal yang menjadi tugas dan kewajiban masing-masing.

Terkait masalah perundungan, juga adanya dugaan tindakan pemalakan oleh senior, Undip menyerahkan sepenuhnya kepada aparat yang berwenang.

“Ajakan ini bukan untuk kepentingan Undip. Kampus ini lahir untuk mengabdi kepada bangsa, negara dan umat manusia melalui bidang pendidikan," ucapnya.

Rektor menambahkan, Undip ini statusnya badan hukum milik negara, namun keberadaannya didedikasikan untuk masyarakat.

Keluarga Buat Laporan

Keluarga dokter Aulia melaporkan sejumlah senior dan ketua prodi (kaprodi) PPDS Anestesi Undip Semarang.

Dalam pembuatan laporan polisi tersebut, Nuzmatun Malinah didampingi adik kandung mendiang dokter Aulia Risma, dokter Nadia serta kuasa hukumnya, Misyal Ahmad dan Tim Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Laporannya keluarga dokter Aulia terdaftar dengan nomor LP/B/133/IX/2024/Spkt/Polda Jawa Tengah.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jateng Kombes Pol Johanson Simamora mengatakan, laporan itu sedang didalami penyidik.

"Nanti, saksi-saksi berkaitan akan kami periksa. Setelah kami lakukan berita acara, pemeriksaan dari pelapor akan dikembangkan kemana arahnya," katanya dilansir dari Tribunjateng.

Kemenkes Beri Pendampingan

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) memberikan pendampingan hukum kepada keluarga orang tua almarhumah dokter Aulia Risma Lestari.

Ibunda dokter Aulia Risma, Nuzmatun Malinah diketahui melaporkan kasus dugaan perundungan, intimidasi, hingga pemerasan yang dialami putrinya ke Mapolda Jawa Tengah, Semarang, Rabu (4/9/2024).

Plt Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr Siti Nadia Tarmizi MEpid mengatakan pihaknya terus mendampingi keluarga korban mulai dari proses pemeriksaan hingga pelaporan.

“Iya, kami mendampingi keluarga korban dokter Aulia dalam proses pemeriksaan sampai pelaporan di kepolisian ada tim Kemenkes,” kata Nadia Kamis (5/9/2024).

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Rina Ayu Panca Rini) (Kompas.com/Sania Mashabi/Muchamad Dafi Yusuf)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas