Tekan Angka Pernikahan Dini, Upaya Persiapkan Daya Saing Pemuda Menuju Indonesia Emas
Ketidaksiapan ketiga hal tersebut juga akan berdampak terhadap kelangsungan usia pernikahan.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM - Dampak negatif dari pernikahan usia dini atau di bawah umur menyebabkan ketidaksiapannya fisik, biologis, dan psikologis.
Ketidaksiapan ketiga hal tersebut juga akan berdampak terhadap kelangsungan usia pernikahan.
Demikian dikatakan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) Raden Isnanta, dalam kegiatan Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus di Universitas Udayana, Bali.
Melalui kegiatan Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus, diharapkan meningkatkan ketahanan keluarga, yang merupakan bagian dari kepemimpinan pemuda dalam rumah tangga.
Ketahanan keluarga, menurut dia, berkaitan erat dengan peningkatan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) pada doiman partisipasi dan kepemimpinan dan domain kesehatan, yang sangat penting untuk mempersiapkan daya saing pemuda menuju Indonesia Emas 2045.
Dalam pelaksanaan kegiatan, Kemenpora RI berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Diketahui, skor IPP nasional pada 2022 yakni 55,33 persen dan 2023 dengan nilai mencapai 55,83 persen. Kini, IPP nasional mencapai 56,33 persen. Artinya, IPP nasional terus mengalami peningkatan.
"Kendati demikian, kita membutuhkan kenaikan yang tajam dari IPP untuk menghasilkan pemuda yang memiliki daya saing tinggi menuju Indonesia emas 2045," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Raden Isnanta, Sabtu (21/9/2024).
Baca juga: Tribunnews.com dan Empat Koran Tribun Raih Penghargaan SPS Award
Oleh karenanya, upaya pemerintah untuk meningkatkan IPP memang terus dilakukan dengan langkah memperluas kolaborasi lintas sektor dalam penyelenggaraan pelayanan kepemudaan.
Kolaborasi Kemenpora dengan BKKBN salah satu upaya menggenjot IPP pada domain partisipasi dan kepemimpinan serta domain kesehatan.
Dicontohkannya, pada domain pendidikan saat ini menempati peringkat tinggi IPP nasional, namun terus ditingkatkan minimal jika para pemuda mau melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi.
Sementara, peningkatan domain kesehatan seperti peningkatan pemahaman pemuda untuk menjaga kebugaran dan menjalankan perilaku hidup sehat, serta mempersiapkan kesehatan reproduksi dan literasi jelang memasuki masa pernikahan.
"Pemuda harus disiapkan dan dibekali literasi terkait itu (sebelum menikah)," tegas Isnanda di hadapan 300 mahasiswa dari berbagai fakultas Universutas Udayana.
Baca juga: Minta Generasi Muda Hindari Pernikahan Dini, Kemenkominfo: Berisiko Lahirkan Anak Stunting
Dan yang menjadi perhatian Kemenpora dan BKKBN adalah menekan angka pernikahan di bawah umur.
Sementara itu, Asisten Deputi Kepemimpinan Pemuda Kemenpora, Andi Susanto dalam laporannya menjelaskan, program kolaborasi Kemenpora dengan BKKBN ini secara rutin dilaksanakan selama empat bulan terakhir dan menyasar mahasiswa yang masuk dalam usia pemuda.
Seri Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus ini dimulai dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) Jawa Tengah, kemudian berpindah ke Universitas Teuku Umar (UTU) Aceh, berlanjut ke wilayah timur Indonesia yaitu Universitas Khairun (Unkhair) Ternate Maluku Utara.
Selanjutnya, bergeser ke wilayah tengah Indonesia yaitu di Universitas Tadulako (Untad) Palu Sulawesi Tengah, dan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin Kalimantan Selatan.
"Sekarang kami laksanakan di Universitas Udayana Denpasar Bali," tambahnya.
Asdep juga menjelaskan, program ini bertujuan meningkatkan ketahanan keluarga yang merupakan bagian dari kepemimpinan pemuda dalam rumah tangga/
"Dalam rumah tangga kepemimpinan tumbuh dari interaksi dan komunikasi diantara anggota keluarga membahas permasalahan dan mencari solusinya hingga pernikahan langgeng sampai batas usia," ujarnya.
Keprihatinan Kemenpora dengan BKKBN terkait banyaknya pernikahan berakhir di tengah jalan mendorong program ini dengan menyasar kepada mahasiswa sebagai calon pemimpin untuk dibekali berbagai literasi kesiapan memasuki pernikahan.
"Kepemimpinan muda dalam rumah tangga melibatkan banyak skill yakni perencanaan, komunikasi, psikologi, mental sampai kemampuan berjejaring untuk meningkatkan kualitas keluarga," tandasnya.