Peringati 25 Tahun Wafatnya Romo Mangun, Kardinal Suharyo: Sosok Saleh yang Cinta Tanah Air
Universitas Atma Jaya memperingati 25 tahun wafatnya Romo JB Mangunwijaya Pr untuk hidupkan semangat dan pemikiran Romo Mangun bagi kaum muda.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya memperingati 25 tahun wafatnya Romo JB Mangunwijaya Pr.
Acara ini bertujuan menghidupkan semangat, pemikiran, dan karya Romo Mangun bagi kaum muda dan lintas agama dengan tema "From Atma for the Nation: Faith, Fraternity, Compassion ala Romo Mangun bagi Kaum Muda".
Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, menilai Romo mangun adalah seorang imam yang sangat taat dan saleh.
"Cinta Romo Mangun kepada tanah air telah terlihat sejak usia 16 tahun ketika beliau sudah mengangkat senjata untuk membela negara tercinta dan sampai tutup usia beliau wafat pada saat akan berbicara mengenai kondisi negaranya," ujar Kardinal Suharyo melalui keterangan tertulis, Kamis (24/10/2024).
Sementara itu, Rektor Unika Atma Jaya, Prof Yuda Turana, mengatakan pihaknya memiliki keterkaitan yang sangat relevan.
Menurut Yuda, Romo Mangun memiliki kepedulian terhadap kaum marjinal.
"Beliau merupakan seorang imam dari umat, unggul, dan profesional sebagai arsitek dan sastrawan yang karyanya diakui dan mendapatkan penghargaan secara internasional, dan Kepedulian, rasa perhatian beliau terhadap orang-orang terpinggirkan," ujar Yuda.
Lebih lanjut, Yuda juga menjelaskan bahwa, inspirasi Romo Mangun bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga semangat dan inspirasi untuk menghadapi tantangan masa depan bangsa.
Inspirasi Romo Mangun dapat memberikan dorongan, khususnya bagi anak muda dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Dalam peringatan 25 tahun wafatnya Romo Mangun, diisi dengan sesi talkshow yang menghadirkan narasumber Fx. Mudji Sutrisno, SJ., sosok budayawan & Imam Katolik, Sriwahyaningsih, Perintis Sanggar Anak Alam, dan Mohammad Sobary, Budayawan, penulis, dan kolumnis.
Kemudian, acara ditutup dengan peluncuran empat buku yang mengulas dan menghidupkan kembali kisah, pemikiran, dan perjuangan Romo Mangun dalam membela mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat.
Buku pertama berjudul Suara Bagi yang Terpinggirkan, buku kedua berjudul Romo Mangun Guru Bangsa, Guru Kemanusiaan, dan Guru Iman, buku ketiga berjudul Yuk, Belajar Ujaran dan Teladan Romo Mangun, dan buku terakhir berjudul Hikmat dan Pengetahuan, Interaksi Gereja dan Sains di Era Modern.