Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sempat Raih Predikat Cumlaude, Gelar Doktor Bahlil Lahadalia Berujung Ditangguhkan UI

Gelar doktor Bahlil ditangguhkan oleh UI. Padahal, disertasi yang dibuatnya sempat membuatnya dipuji dan meraih predikat cumlaude.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Sempat Raih Predikat Cumlaude, Gelar Doktor Bahlil Lahadalia Berujung Ditangguhkan UI
YouTube Universitas Indonesia
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia saat sidang terbuka promosi doktor yang digelar oleh Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI) di Kampus UI, Depok pada Rabu (16/10/2024). Gelar doktor Bahlil ditangguhkan oleh UI. Padahal, disertasi yang dibuatnya sempat membuatnya dipuji dan meraih predikat cumlaude. 

Sebelum ditangguhkan, gelar doktor yang diraih Bahlil berasal dari disertasi yang dibuatnya berjudul 'Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia'.

Adapun sidang doktoral Bahlil digelar pada 16 Oktober 2024 lalu di Gedung Makara Art Center, Kampus UI, Depok.

Bahlil pun dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude yang disampaikan oleh Guru Besar SKSG UI sekaligus ketua sidang, I Ketut Surajaya.

"Maka, berdasarkan semua ini, tim penguji memutuskan untuk mengangkat Saudara Bahlil Lahadalia menjadi doktor dalam Program Studi Kajian Stratejik dan Global dengan yudisium cumlaude," kata Ketut dikutip dari YouTube Universitas Indonesia.

Baca juga: Bahlil Lulus Doktor dengan Predikat Cumlaude di UI, Selesaikan Studi hanya 2 Tahun

Sementara menurut Dekan Fakultas Ilmu Administrasi UI sekaligus promotor sidang, Candra Wijaya, topik disertasi dari Bahlil begitu penting karena berkaitan dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia, salah satunya adalah nikel.

Candra juga menilai hasil penelitian Bahlil dapat menjadi peringatan kepada pemerintah agar tidak menjadikan Indonesia justru seakan menerima 'kutukan' buntut kekayaan SDA yang dimiliki.

"Jangan sampai menjadi negara yang gagal karena mengalami kutukan sumber daya alam," tuturnya.

Berita Rekomendasi

Selain itu, Candra turut memuji disertasi Bahlil yang menyoroti penurunan industri manufaktur di Indonesia dalam dua tahun terakhir dan mempengaruhi produk domestik bruto (PDB).

Kemudian, Bahlil juga dipuji karena menjadikan rumusan masalah terkait Indonesia yang masih masuk dalam kategori negara berpenghasilan menengah atau middle-income trap.

Dengan rumusan masalah tersebut, Candra menuturkan Bahlil melakukan penelitian terkait dampak hilirisasi nikel untuk menaikan ekonomi Indonesia.

Namun, nyatanya, hasil penelitian Bahlil menunjukkan kebijakan hilirisasi nikel belum berdampak kepada masyarakat sekitar meski telah menaikkan pendapatan negara.

"Doktor Bahlil, dalam penelitiannya, menemukan bahwa hilirisasi nikel yang telah dilakukan ternyata masih belum berkeadilan dan berkelanjutan," jelas Candra.


Candra menuturkan disertasi Bahlil diharapkan mampu menjadi evaluasi pemerintah terkait kebijakan hilirisasi nikel dari sisi ekonomi hingga sosial.

Evaluasi itu, sambungnya, semata-mata demi mewujudkan hilirisasi nikel yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas