Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

DPR Minta BMKG Modifikasi Cuaca, Antisipasi Banjir dan Bahaya Longsor

DPR meminta BMKG memodifikasi cuaca untuk mengantisipasi dampak hujan intensitas tinggi dan bahaya longsor di momen Nataru.

Penulis: Reza Deni
Editor: Dewi Agustina
zoom-in DPR Minta BMKG Modifikasi Cuaca, Antisipasi Banjir dan Bahaya Longsor
Istimewa
Anggota Komisi V DPR RI, Sudjatmiko, meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memodifikasi cuaca untuk mengantisipasi dampak hujan intensitas tinggi dan bahaya longsor.  Foto banjir di Desa Pusaka Sari, Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur teredam banjir akibat air sungai Cibuni yang meluap, Rabu (4/12/2024). 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi V DPR RI, Sudjatmiko, meminta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memodifikasi cuaca untuk mengantisipasi dampak hujan intensitas tinggi dan bahaya longsor

Menurut Sudjatmiko, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) jadi salah satu upaya inovatif yang bisa menyelamatkan banyak wilayah dari potensi kerugian lebih besar akibat bencana hidrometeorologi.

Baca juga: Rute Tujuan Mudik Gratis Naik Bus Libur Nataru 2024/2025 dari Kemenhub, Ini Jadwal Keberangkatannya

"Teknologi modifikasi cuaca sangat penting untuk mitigasi bencana, terutama dalam menghadapi ancaman hujan ekstrem di musim penghujan. Ini adalah langkah nyata yang harus didukung oleh semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan masyarakat," ujar Sudjatmiko kepada wartawan, Selasa (10/12/2024).

Politisi PKB itu menyebut TMC bertujuan mengalihkan hujan ke kawasan yang lebih aman dan mengurangi intensitas curah hujan di daerah perkotaan yang rawan banjir.

Selain upaya teknis, Sudjatmiko meminta penguatan serta edukasi masyarakat agar program ini berjalan efektif.

Menurutnya, harus ada koordinasi antara BMKG, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta TNI Angkatan Udara (AU). 

Berita Rekomendasi

"BMKG, BPPT, dan TNI AU harus bekerja sama dengan pemerintah daerah agar dampak bencana dapat diminimalkan tidak hanya fokus pada TMC, tapi juga edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan dan penanggulangan bencana," katanya.  

Baca juga: Nataru, Keselamatan Berwisata dan Mudik Gratis Kurang Tepat Sasaran

Menurutnya, program TMC selama ini juga telah dilakukan di beberapa wilayah prioritas seperti Jabodetabek, Jawa Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Sudjatmiko mendorong pemerintah pusat segera memastikan alokasi anggaran yang cukup untuk mendukung keberlanjutan program ini. 

"Kita tidak bisa hanya reaktif setelah bencana terjadi. Perencanaan anggaran untuk mitigasi bencana seperti TMC harus menjadi prioritas. Jangan sampai infrastruktur rusak parah dan korban jiwa terus bertambah karena kurangnya antisipasi," ucap Sudjatmiko.

Puncak Musim Hujan di Momen Nataru

Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa puncak musim hujan terjadi saat momen liburan Natal dam Tahun Baru (Nataru) 2024/2025.

Puncak musim hujan terjadi di sebagian wilayah Sumatra dan Jawa.

Hal itu disampaikannya pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI, Rabu (4/12/2024).

"Untuk diwaspadai bersama dalam rangka koordinasi ini adalah saat ini kita sedang memasuki musim hujan dan puncak musim hujan di sebagian wilayah di Sumatra dan Jawa itu ada di bulan Desember akhir," kata Dwikorita di Ruang Rapat Komisi V DPR, Senayan, Jakarta.

Dwikorita menyampaikan, sebagian wilayah tersebut, yakni di Sumatra dan Jawa mengalami puncak musim hujan di bulan Januari.

"Artinya selama mudik Nataru mulai dari tanggal 18 sampai 5 Januari ini kebetulan berada pada menuju puncak musim hujan di sebagian wilayah relatif di sebagian Jawa Barat terutama bagian selatan," ucapnya.

"Sebagian Jawa terutama bagian selatan kemudian di bulan Januari itu puncak musim hujan terutama kalau di Jawa itu di bagian pesisir atau di tengah sampai utara," imbuhnya.

Karena itu, Dwikorita mengingatkan masyarakat yang melakukan perjalanan di momen Nataru agar berhati-hati dengan adanya musim puncak hujan di akhir Desember hingga Januari.

"Yang artinya intensitas hujan akan semakin meningkat dibandingkan saat ini, jadi trennya itu semakin menuju puncak dan sampai ke puncak (musim hujan)," ucapnya.

Dwikorita menambahkan, puncak musim hujan juga diiringi adanya peningkatan curah hujan 20 persen dibanding biasanya.

Hal itu akibat adanya fenomena La Nina lemah yang melanda Indonesia.

"Dan musim hujan ini disertai denga La Nina lemah yang berdampak pada peningkatan curah hujan diprediksi mencapi 20 persen dari normalnya," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas