Dampak Ketegangan Rusia-Ukraina, Cryptocurrency Merosot, Investor Cari Investasi yang Lebih Aman
aset kripto berada di zona merah pada Senin (14/2/2022) kemarin, akibat meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Cryptocurrency atau aset kripto berada di zona merah pada Senin (14/2/2022) kemarin, akibat meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang mendorong investor untuk beralih investasi dari aset kripto ke investasi tradisional seperti emas dan obligasi.
Melansir dari situs markets.businessinsider.com, Selasa (15/2/2022) lebih dari 65 miliar dolar AS dihapus dari kapitalisasi pasar aset kripto global selama 24 jam terakhir, karena ketegangan di Eropa Timur menurunkan minat investor dan menyebabkan nilai bitcoin dan ethereum turun pada Senin kemarin.
Baca juga: Siaga Perang Rusia-Ukraina, Eropa Timur Siapkan Tempat Pengungsian
Bitcoin turun 0,8 persen pada level 42 ribu dolar AS, sementara ether turun 2,2 persen pada level 2,877 dolar AS. Dalam 7 hari terakhir pada minggu lalu, Ether telah turun sebanyak 7 persen, dibandingkan dengan bitcoin yang mengalami penurunan sebanyak 1,1 persen.
Altcoin memimpin penurunan dengan cardano, solana dan avalanche yang kesemuanya mengalami penurunan lebih dari 3 persen pada Senin kemarin. Cardano kehilangan 3,45 persen dalam 24 jam, sementara solana kehilangan 4 persen dan avalanche kehilangan sebanyak 5,26 pesen.
Tidak hanya itu, di tempat lain saham berjangka AS di Eropa turun sebanyak 98 persen dari Stoxx 600 dan berada di zona merah. Para investor bergegas menuju ke investasi emas dan franc Swiss yang lebih aman selama ketegangan di Eropa Timur berlangsung.
Baca juga: AS Pindahkan Kedutaan Besar Ukraina dari Kiev ke Lvov
Analis di GlobalBlock Marcus Sotiriou mengatakan aset berisiko seperti kripto dan saham teknologi akan menderita selama ketidakpastian perang.
Marcus mengatakan peringatan Presiden AS Joe Biden akan menutup pipa Nord Stream 2 yang menyalurkan gas alam Rusia ke Jerman, jika Rusia benar akan menginvasi Ukraina telah menambah ketegangan yang terjadi.
"Pipa ini menyediakan sebagian besar gas alam Eropa, jadi jika ditutup ini dapat menyebabkan harga minyak naik dan karenanya membuat inflasi lebih menjadi masalah. Inflasi yang tinggi adalah alasan untuk Federal Reserve menaikkan suku bunga dan berpotensi membawa kita ke arah resesi, karena pertumbuhan yang lebih lambat dari kebijakan moneter yang agresif," kata Sotiriou.
Pada Senin kemarin, minyak mentah mendekati 100 dolar AS per barel, sementara gas alam Eropa melonjak 5 persen, sehingga menambah kekhawatiran tentang inflasi konsumen yang akan berlangsung lama.
Baca juga: Ukraina Serukan Pertemuan dengan Rusia dalam Waktu 48 Jam, Bahas Ketegangan Perbatasan
Beberapa analis kripto menyatakan keprihatianan yang lebih besar untuk pasar secara umum sepanjang 2022 ini dan mengklaim bisa saja tahun ini menjadi bearish year atau tahun di mana kondisi pasar saham mengalami tren turun atau melemah.
Ahli strategi investasi, Lyn Alden mengatakan bahwa bitcoin cenderung akan menunjukan kinerja buruk setelah kenaikan besar.
"Kenaikan utama Bitcoin berjalan secara historis, hanya ada ukuran sampel sekitar empat dari mereka pada 2011, 2013, 2017 dan 2020, yang terjadi selama lingkungan PMI yang meningkat, jadi, percepatan ekonomi. Jadi secara umum, jenis periode sekarang secara historis tidak bagus untuk aksi harga bitcoin," ungkap Lyn Alden.
Harga Minyak Dunia Bisa Tembus 120 Dollar AS Per Barrel