Dampak Ketegangan Rusia-Ukraina, Cryptocurrency Merosot, Investor Cari Investasi yang Lebih Aman
aset kripto berada di zona merah pada Senin (14/2/2022) kemarin, akibat meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Harga minyak mentah dunia diprediksi terus menguat, seiring dengan semakin panasnya tensi antara Rusia dan Ukraina.
JPMorgan bahkan memproyeksikan, harga minyak bisa mencapai level 120 dollar AS atau setara sekitar Rp 1,7 juta per barrel, apabila ekspor Rusia terganggu oleh konflik dengan Ukraina.
"Segala bentuk disrupsi yang mengganggu pasokan minyak dari Rusia, dalam konteks kapasitas cadangan yang rendah di wilayah lain, dapat dengan mudah membuat harga minyak ke level 120 dollar AS," ujar Head of Global Commodities Strategy JPMorgan, Natasha Kaneva, dilansir dari CNN, Jumat (10/2/2022).
Lonjakan harga tersebut pada akhirnya akan mengkerek harga bahan bakar minyak (BBM). Sementara, harga bensin di Amerika Serikat saat ini telah mencapai level tertinggi dalam kurun waktu 7 tahun terakhir.
Raksasa bank investasi multinasional itu juga mewanti-wanti harga minyak mentah acuan global, Brent, yang berpotensi melesat ke level 150 dollar AS per barrel, apabila ekspor minyak mentah Rusia turun hingga 50 persen.
Tensi antara Rusia dengan Ukraina telah mendorong harga minyak mentah selama beberapa pekan terakhir. Pada awal pekan ini, harga minyak mentah acuan Brent mencapai level tertingginya dalam kurun waktu 7 tahun terakhir di level 94 dollar AS per barrel.
Rusia memang memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan harga minyak mentah, mengingat Negara Beruang Putih itu merupakan produsen minyak dan gas alam terbesar kedua, hanya kalah oleh Amerika Serikat.
Konflik dengan Ukraina berpotensi merusak infrastruktur migas Rusia. Hal ini lah yang dikhawatirkan dapat mendongkrak harga minyak mentah global.
Siaga Perang, Rusia Disebut akan Serang Ukraina pada 16 Februari
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy meminta warganya untuk mengibarkan bendera negara itu di gedung-gedung dan menyanyikan lagu kebangsaan secara serempak pada 16 Februari 2022.
Menurut beberapa media Barat, tanggal 16 Februari disebut sebagai kemungkinan awal invasi bagi Rusia.
Pejabat Ukraina menekankan bahwa Zelenskiy tidak memprediksi serangan pada tanggal tersebut, tetapi menanggapi dengan skeptis terhadap laporan media asing.
Beberapa organisasi media Barat telah mengutip pejabat Amerika Serikat (AS) dan lainnya terkait tanggal pasukan Rusia akan siap untuk menyerang.
"Mereka memberi tahu kami bahwa 16 Februari akan menjadi hari penyerangan. Kami akan menjadikannya hari persatuan," kata Zelenskiy, seperti dilansir dari Reuters.