Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bagaimana Memaksimalkan Trading Aset Kripto Agar Investasi Pemula Bisa Cuan?

Investasi di aset kripto saat ini sedang menjadi tren bagi masyarakat di hampir seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bagaimana Memaksimalkan Trading Aset Kripto Agar Investasi Pemula Bisa Cuan?
Shutterstock
Ilustrasi Bitcoin dan emas. 

Stacking sendiri merupakan metode mengunci aset kripto di dompet digital pada sebuah platform exchange dengan durasi tertentu, misalnya seminggu, sebulan, tiga bulan, hingga setahun.

CEO Triv Gabriel Rey menilai, metode staking memang jadi cara yang ampuh untuk mengoptimalkan return, terlebih ketika kondisi market cenderung sideways atau bearish.

Lewat staking, investor juga tidak perlu pusing baca chart dan mengawasi market, namun tetap mendapatkan keuntungan.

Kendati begitu, ia mengingatkan dalam melakukan staking, investor tidak bisa asal pilih. Tetap harus mempertimbangkan fundamental aset kripto yang hendak di-staking. Hal ini guna memastikan harga ke depannya bisa tetap menguat.

“Jadi untuk para investor jangka panjang, daripada sebatas hold, staking juga bisa dijadikan opsi karena dengan demikian bisa menambah potensi pundi-pundi keuntungan,” ujarnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (28/4).

Baca Juga: Cara Trading Bitcoin untuk Memaksimalkan Cuan Bagi Pemula

Saat ini, Gabriel melihat ada tiga aset kripto yang menarik untuk dijadikan pilihan staking. Pertama adalah Binance Coin (BNB) yang menawarkan bunga hingga 9% per tahun. Menurutnya, BNB secara fundamental sangat solid lantaran merupakan koin yang digunakan di platform exchange Binance.

Berita Rekomendasi

Dengan Binance yang merupakan platform exchange terbesar di dunia, maka kinerja exchange tersebut menjanjikan, begitupun profitnya.

Tak hanya itu, setiap pertambahan pengguna dan transaksi maka akan semakin memperkuat fundamentalnya.

Kedua adalah USD Terra (UST) yang menawarkan bunga untuk staking hingga 10% per tahun. UST sebagai stablecoin membuat pergerakan harganya jauh lebih stabil.

Selain itu, secara fundamental, UST juga jauh lebih baik ketimbang tether karena sepenuhnya decentralized, alih-alih dikendalikan oleh salah satu pihak.

Ketiga adalah Axie Infinity (AXS) yang menawarkan imbal hasil hingga 60%.

Menurutnya, AXS cukup solid karena merupakan market leader di platform play to earn, karakter NFT di dalam permainannya juga laku, hingga rutin memberikan patch baru untuk mengupdate permainan mereka.

“Tapi saat ini investor sebaiknya melakukan DCA atau menambah posisi karena harga yang cenderung sudah bottoming. Apalagi, pasar sepertinya juga sudah priced in dengan keputusan The Fed yang agresif ,” imbuhnya.

Cofounder Cryptowatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir juga meyakini saat ini jadi momen yang tempat untuk melakukan akumulasi setiap terjadi koreksi, ketimbang melakukan trading jangka pendek ataupun stacking.

Menurut dia, stacking pada dasarnya mirip dengan menitipkan dana ke platform exchange. Dengan demikian ada unsur trust dalam keputusan melakukan stacking, sehingga pada akhirnya terdapat risiko.

Ia pribadi kurang menyarankan staking, kecuali memang platform tersebut sudah sangat dipercaya.

“Namun sebagai gambaran, platform-platform yang teregulasi saja bisa "kabur", apalagi yang tidak teregulasi.

Jadi, momen agresifnya The Fed dalam memberikan kebijakan pengetatan moneter, justru memberikan potensi untuk kita beli aset kripto di harga yg lebih murah,” tutupnya.  (Tim KONTAN/Indah Sulistyorini/Hikma Dirgatara/Wahyu Tri Rahmawati)

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas