Subsidi Motor Listrik Sulit Mencapai Target, Ternyata Masyarakat Masih Enggan Beralih
Pemerintah memberikan subsidi Rp 7 juta untuk setiap pembelian sepeda motor listrik baru. Kemenperin bilang serapannya rendah
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah memberikan subsidi Rp 7 juta untuk setiap pembelian sepeda motor listrik baru. Program yang dimulai sejak April ini memberikan kuota subsidi 200.000 unit hingga akhir 2023.
Sayangnya, program ini dipastikan tidak akan tutup target.
Menurut website SISAPIRa yang menyajikan data real-time penyaluran subsidi sepeda motor listrik, hingga Kamis (30/11/2023) pukul 17.40 WIB, baru 4.148 unit yang tersalurkan.
Baca juga: Aismoli Optimistis Subsidi Motor Listrik Baru Dongkrak Penjualan
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif, menyampaikan kesulitan akselerasi program subsidi tersebut akibat dari masih enggannya masyarakat beralih ke sepeda motor listrik.
"Kita melihat nampaknya memang tidak akan sesuai target 200.000 unit. Pertama kita lihat dari sisi budaya masyarakat yang masih sulit berubah untuk menggunakan motor listrik atau merubah kebiasaan menggunakan motor konvensional ke listrik," tutur Febri di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (30/11/2023).
Terkait dengan masih lambatnya serapan program, Kemenperin ingin mendorong adanya standardisasi baterai motor listrik.
Dengan adanya standardisasi baterai motor listrik, seperti dimensi dan lainnya, diharapkan akan semakin banyak investor yang mau berinvestasi di baterai listrik.
Baca juga: BREAKING NEWS: Dapat Potongan Rp 7 Juta, Subsidi Motor Listrik 1 NIK 1 Unit Resmi Diberlakukan
Standardisasi baterai juga dinilai bisa membuat konsumen kian percaya untuk menggunakan sepeda motor listrik, sebab akan semakin mudah melakukan swap baterai.
"Misalnya ketika beli motor listrik dan kemudian baterainya sudah aus, mereka bisa pakai baterai dari motor listrik lain, karena itu sudah terstandarisasi artinya pasarnya akan lebih luas. Lalu, misalnya orang beli motor di Jakarta ketika pergi ke Aceh atau Papua baterainya tetap standar tidak bingung mau swap. Kita mau dorong itu dan sudah ada beberapa produsen motor listrik dan baterai sudah setuju untuk standarisasi baterai," jelasnya.