Sambut Pemilu 2014, Jasa Survei dan Konsultan Politik Laris Manis
Sejak diperkenalkan pada 2004, survei politik terus tumbuh dan makin digandrungi.
TRIBUNNEWS.COM – Sejak diperkenalkan pada 2004, survei politik terus tumbuh dan makin digandrungi. Tradisi baru ini mulai disemarakkan tiga serangkai alumni Ohio University, Denny JA, Saiful Mujani dan Mohammad Qodari pada Pemilu Legislatif (Pileg) dan dan Pemilu Presiden (Pilpres) 2004.
Melalui Lembaga Survei Indonesia (LSI), mereka memunculkan survei Pileg yang memprediksi Golkar menang lagi. Prediksi itu tepat.
Makhluk baru ini kemudian masuk Pilpres 2004. Inilah pilpres pertama sekaligus menjadi gerbang menuju orde survei politik.
Di Pilpres ini bukan saja survei LSI yang membuat terbelalak, tapi juga quick count (QC). Dua ilmu sama-sama mampu membaca dengan tepat, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan M Jusuf Kalla (MJK) memenangi pilpres.
Jasa konsultasi politik kemudian berkembang pesat. Ratusan jago dalam pemilihan kepala daerah, mulai gubernur, bupati, dan wali kota ramai-ramai meminta jurus sakti para dukun politik dari kampus tersebut.
Pada Pileg 2009, semua partai berebut jasa konsultan politik. Begitu juga dengan Pilpres 2009, yang kembali dimenangi SBY.
Kini, jasa konsultasi politik merambah lebih luas, pada calon anggota legislatif (caleg). Ini berbeda dengan Pemilu 2009, yang baru segelintir orang bersentuhan dengan data survei. Sebenarnya, data survei itu dipesan partainya, bukan order pribadi caleg.
Direktur Surabaya Survey Center (SSC), Mochtar W Oetomo, membenarkan terjadi peningkatan permintaan jasa lembaga survei bagi calon legeslatif (caleg).
Dibandingkan 2009, kata Mochtar, terjadi peningkatan signifikan, sekitar 40 persen klien yang datang padanya. Tren serupa, kata Mochtar dialami sejumlah lembaga survei di Surabaya, tanpa menyebut angka pasti.
Pada Pemilu 2009, Mochtar merasakan betul sulitnya mencari klien caleg. “Kesadaran para caleg terhadap kebutuhan strategi politik saat itu masih minim,” ujar Mochtar, Selasa (14/1/2014).
Untuk Pemilu 2014, dia jauh lebih mudah mendapatkan klien. Bahkan, banyak klien caleg yang datang meskipun belum mengenalnya. Mereka sadar pendamping politik dalam pileg sangat dibutuhkan.