Global Sevilla School Puri Indah Raup 44 Medali dalam Ajang World Scholars Cup
WSC merupakan ajang tahunan, kompetisi tahunan di bidang debat, essay dan pengetahuan umum dalam bahasa Inggris
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prestasi ditorehkan 12 siswa/siswi Global Sevilla School Puri Indah dalam ajang World Scholars Cup (WSC) 2016 yang berlangsung di Yale University Amerika Serikat.
Pasalnya, kontingen sekolah yang didirikan pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan Nurcholish Madjid ini berhasil mengondol 44 medali, yakni 17 emas dan 27 perak dalam ajang yang diikuti 44 negara ini.
WSC merupakan ajang tahunan, kompetisi tahunan di bidang debat, essay dan pengetahuan umum dalam bahasa Inggris.
Salah satu siswa bernama Julius Owen Suherman, terpilih menjadi peserta terbaik dari Indonesia dengan mendapatkan 12 Medali dan Alexandra Annika memperoleh 5 medali yakni dua emas dan tiga perak.
Sepuluh siswa lainnya yang meraih mendali Yasa Danavira Tjoe, Evan Haryowidyatna, Adler Edsel Tan, Angelica Marta, Basilio Otto Suherman, Wirayuda Hendro Gunawan, Morgan Thomas Coomes, Bianca Evangelista Tjahjadi, Aurelia Vidyani Sidin dan Kenny Kusnadi.
WSC melombakan mata pelajaran Matematika, IPA, Ilmu Sosial, Seni, Musik, Sastra, dan lain lain yang kemudian dikemas dalam satu tema untuk kemudian dibawakan dalam debat, penulisan essay ataupun cerdas cermat.
Omi Komaria Madjid, istri dari almarhum Nurcholish Madjid mengatakan, hasil yang dicapai oleh anak-anak di sekolah yang didirikan bersama suaminya sesuai keinginan almarhum suaminya, siswa di sekolahnya harus memperoleh nilai lebih dibandingkan sekolah lainnya.
"Cita cita dari almarhum, siswa di sekolah ini bukan hanya diberikan pelajaran akademik, namun juga non akademik. Keduanya harus sama sama maju,” kata Omi saat bertemu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Prof. Dr. Muhadjir Effendi, MAP bersama sama dengan 12 siswa Global Sevilla School yang mengikuti WSC 2016.
Di samping itu, metode pengajaran kepada anak didik banyak ragamnya, dan sebagai pendidik harus mampu memberikan variasi metode mengajar.
Ini diperlukan karena gaya belajar masing-masing anak didik berbeda-beda.
"Kekuatan konsentrasi dari anak-anak saat ini juga sudah jauh berbeda dengan generasi yang lalu," katanya.
Diterangkan anak-anak masa kini menuntut adanya daya tarik dari setiap gurunya dalam mengajar apalagi untuk materi-materi yang cenderung secara alami memiliki tingkat kebosanan yang tinggi.
Omi mengatakan, sekolahnya telah menerapkan kurikulum Cambridge sejak 2003 sejalan dengan kurikulum tahun 2013 atau lebih dikenal dengan K13 yang tengah digencarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini.
Penerapan kurikulum Cambridge yang memadukan dan mengkombinasikan kurikulum K13 memberikan hasil yang maksimal.
Pemilihan Yale University sebagai tempat acara puncak WSC bukanlah tanpa alasan karena merupakan merupakan univertas peringkat 10 besar di dunia.
"Yale memiliki lingkungan komunitas yang sangat menjunjung tinggi pluralisme serta kekeluargaan," katanya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy minta sekolah memberikan ruang dan akses pada siswa untuk ikut kompetisi, baik di dalam maupun luar negeri sehingga anak bisa berkembang secara optimal sesuai dengan bakatnya
"Dukungan dana dari orangtua juga penting, misalnya jika anaknya mampu bersaing berkompetisi di luar negeri, biayanya ditanggung orangtua atau sumbangan masyarakat yang peduli pendidikan," katanya.