Pertama Dalam Sejarah Pesantren Beri Gelar Doktor Honoris Causa
Petikan orasi ilmiah Ubaydillah Anwar selaku penerima pertama Doktor Honoris Causa Pesantren yang disambut dengan teriakan bergelora
Penulis: Husein Sanusi
Ubaydillah berjanji akan menggunakan gelar ini sebagai amanah untuk meningkatkan pengabdiannya di pesantren melalui pengembangan soft skill bagi guru-guru.
Apresiasi, Motivasi danStandarisasi
Seusai orasi ilmiah dibacakan, KH.ImamJazuli, LC, MA, selaku pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia, memberikan sambutan sebagai penjelasan mengenai gelar Honoris Causa Pesantren, kenapa diberikan, dan apa tujuannya?
Kyai Jazuli mengatakan, “Gelar Honoris Causa Pesantren ini berbeda dengan Honoris Causa Universitas yang telah menetapkan kriteria dan ketentuannya sendiri. Kita menghormati itu dan tidak mau menabrak aturanitu. Apa yang kita lakukan hari ini adalah murni penganugerahan DoktorHonoris Causa ala pesantren, bukan ala perguruan tinggi," tegasnya.
“Lalu kenapa harus menggunakan istilah doktor?”,lanjutKyai. Alasannya adalah karena santri-santri yang kita kasih anugerah kehormatan ini adalah mereka yang telah berkarya dan berkontribusi di bidang ilmu pengetahuan, baik pengetahuan umum, pendidikan, atau pengembangan masyarakat," katanya.
Sejak pesantren dirintis Walisongo di Nusantara ini, sudah ada puluhan dan ratusan santri yang telah berkarya dan berkontribusi di bidang ilmu pengetahuan, tapi belum ada satu pun penghargaan akademik yang diberikan.
“Saya sudah memikirkan hal ini sejak saya aktif di PBNU Pusat akhirtahun 1990-an dan alhamdulillah hari ini terlaksana. Kalau bukan pesantren yang proaktif menghargai prestasinya santri, lantas mengharap ke siapa”,papar Pak Kyai disambut tepuk tangan meriah dari hadirin.
Tujuan penganugerahan ini tak lain adalah memberi motivasi dan apresiasi kepada santri-santri Indonesia yang berprestasi.
Meski demikian, Kyai Imam Jazuli setuju perlu ada standarisasi yang jelas agar gelarkehormatan ini benar-benar tepat tujuan dan kelayakannya atau agar tidak disalahkangunakan untuk kepentingan lain selain ilmu pengetahuan.
Sebelum menutup sambutannya, Imam Jazuli mengharapkan agar langkah ini bisa menginspirasi pesantren-pesantren lain di Indonesia yang jumlahnya lebih dari 26 ribu.
Intinya adalah bagaimana pesantren secara responsif memberikan penghargaan akademik kepada para santrinya supaya bisa menjadi dorongan kemajuan bagi yang lain.
“Pesantren tak cukup hanya hadir menunjukkan diri sebagai lembaga yang diisi orang-orang baik, tapi juga harus punya nyali menghadapi perubahan zaman ini”, tambahnya disambut antusias hadirin.