Pesan Menristekdikti: Kampus Politeknik Juga Harus Bisa Cetak Pengajar
Dia mencontohkan, Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta yang membuka program studi terapan di bidang teknik mesin.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, mengatakan jumlah tenaga pengajar untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan pendidikan vokasi harus ditambah.
Dia mengatakan, hal tersebut perlu dilakukan seiring ditambahnya kuota siswa-siswi yang menempuh pendidikan SMK dan pendidikan vokasi.
"Guru dilatih itu jangka pendek. Ke depan guru bisa disiapkan untuk bekerja di SMK. Siapkan dosen di politeknik," kata M Nasir di acara groundbreaking kampus baru Politeknik Manufaktur Astra di Kawasan Industri Delta Silicon Lippo Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jumat (10/5/2019).
Baca: Ini Biaya Pengeluaran Tol untuk Mudik Lebaran dari Jakarta Sampai ke Solo
M Nasir menjelaskan, mengacu kepada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, syarat menjadi dosen harus menempuh jenjang pendidikan strata 2.
Namun kenyataan di lapangan, standar kualitas dosen tidak baik, bahkan cenderung tidak mempunyai pengalaman.
Baca: Politeknik Manufaktur Astra Dirikan Kampus Kedua di Kawasan Delta Silicon Lippo Cikarang
"Syarat dosen harus S2, di lapangan standar S2 kualitas tidak sama dengan (lulusan-red) industri. Bahkan kualitas lebih rendah dan tidak mempunyai pengalaman," kata dia.
Untuk itu, dia berharap agar lembaga-lembaga pendidikan vokasi seperti Polman Astra juga menyediakan program studi bagi calon tenaga pengajar.
Dia mencontohkan, Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta yang membuka program studi terapan di bidang teknik mesin.
"Lulusan (ATMI) bisa menjadi dosen di tempat lain. Politeknik Manufaktur tidak hanya memproduksi calon pegawai atau wirausaha. Tetapi siapkan tenaga guru dan dosen," tambahnya.