Unsur Pendukung Tari Tradisional: Pola Lantai, Tata Rias, Busana, Properti dan Tata Iringan
Unsur Pendukung Tari Tradisional meliputi pola Lantai, Tata Rias, Busana, Properti dan Tata Iringan, berikut penjelasan masing-masing.
Penulis: Arif Fajar Nasucha
Editor: Tiara Shelavie
Pola lantai tari Bedaya baik di Keraton Surakarta maupun Yogyakarta banyak menggunakan pola-pola garis lurus.
Garis lurus pada tarian Saman atau Bedaya merupakan simbolisasi pada hubungan vertikal dengan Tuhan dan horisontal dengan lingkungan sekitar.
2. Tata Rias dan Busana Tari Tradisional
Tata rias dan tata busana pada tari tradisional memiliki fungsi penting.
Ada dua fungsi tata rias dan tata busana pada tari tradisional yaitu:
1) sebagai pembentuk karakter atau watak.
2) sebagai pembentuk tokoh.
Adapun pembentukan karakter atau watak dan tokoh dapat dilihat pada tata rias wajah yang digunakan dan juga busana yang dipakai.
Tata rias warna merah yang dominan biasanya digunakan pada karakter pemarah, jahat, dan sejenisnya.
Demikian juga pada busan, warna dominan yang digunakan secara visual menunjukkan bahwa penari memerankan tokoh jahat.
Misalnya tokoh raksasa pada epos Ramayana digambarkan dengan riasan wajah yang merah menyala dengan bagian mulut penuh taring.
Karakter tokoh baik pada epos Ramayana biasanya menggunakan riasan cantik seperti riasan pada Pregiwa sebagai istri Gatot Kaca.
Tata rias dan tata busana tampak cantik dan bersahaja.
Tokoh dan karakter dapat dijumpai juga pada tari tentang fauna seperti Tari Merak.