Mengenal Batik Pedalaman atau Klasik dan Batik Pesisir, Berbeda Cara Pembuatan dan Motifnya
Berikut penjelasan mengenai batik pedalaman atau klasik dan batik pesisir.
Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Inza Maliana
Hampir secara keseluruhan, ragam hias batik dapat menceritakan tujuan atau harapan perorangan maupun kelompok tadi.
Apabila ragam hias yang diciptakan dipakai berulang-ulang dan terus-menerus, maka akan menjadi sebuah kebiasan yang lama kelamaan pula akan terbentuk tradisi dari sekelompok masyarakat tertentu.
Berdasarkan perkembangannya, ragam hias batik sangat dipengaruhi oleh budaya luar sehingga dihasilkan corak batik yang beraneka ragam.
Berdasarkan wilayah penyebaran motif pada kain batik dan dilihat dari periode perkembangan batik di Indonesia, batik dapat dibagi menjadi dua, yaitu batik pedalaman atau sering disebut dengan klasik dan batik pesisir.
Kedua istilah batik ini tidak hanya berlaku pada masa dahulu, tetap berlangsung hingga saat ini.
Pembeda kedua istilah batik ini terdapat pada cara pembuatannya dan motif atau corak yang ada pada kain batik tersebut.
Berikut penjelasan mengenai batik pedalaman atau klasik dan batik pesisir, dikutip dari Buku Prakarya Kelas 7 Semester 1:
1. Batik pedalaman (klasik)
Batik pedalaman adalah pengkategorian batik yang berkembang di masa lalu.
Dahulu pembatik-pembatik hanya ditemui di daerah pedalaman.
Selain itu, juga tidak sembarang orang dapat melakukan proses pembatikan, sehingga jarang dijumpai di lingkungan masyarakat luas.
Pada masa kejayaan kerajaan di Indonesia seperti Majapahit, kain batik hanya ditemui di kalangan raja-raja saja dan hanya petinggi keraton yang boleh mengenakan kain batik.
Oleh karena itu, pembatik hanya dapat dijumpai di lingkungan keraton.
Batik keraton adalah batik yang tumbuh dan berkembang di atas dasar-dasar filsafat kebudayaan Jawa yang mengacu pada nilai-nilai spiritual.