Cerita Gatotkaca Satria dari Pringgadani, Putra Dewi Arimbi dan Raden Werkudara Sang Pandawa
Cerita Gatotkaca Satria dari Pringgadani, Putra Dewi Arimbi dan Raden Werkudara sang Pandawa. Gaman atau senjata Gatotkaca adalah Rompi Antakusuma.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
Ketika Tetuka sampai di Padang Oro-Oro, Prabu Kala Sekipu, yang mengetahui bayi itu berubah menjadi pemuda, menggigit leher Raden Tetuka hingga mengeluarkan darah segar.
Raden Tetuka tak sadarkan diri. Kemudian, Prabu Kala Sekipu membuangnya ke hadapan Batara Narada.
Batara Narada lalu menetesi leher Tetuka dengan air kehidupan. Raden Tetuka sembuh dan kembali bertarung.
Setelah Prabu Kala Sekipu gugur dalam perkelahian itu, datanglah para prajurit raksasa yang dipimpin Prabu Kala Praceka yang menyerang para dewa.
Namun, Tetuka berhasil mengalahkan Prabu Kala Praceka dengan mudah.
Setelah pertempuran usai, Raden Werkudara dan Prabu Batara Kresna menemui Batara Narada
untuk mencari Tetuka.
Raden Werkudara tidak percaya pemuda di depannya adalah anaknya.
Batara Narada meyakinkan Raden Werkudara dengan jujur. Tetuka memiliki taring di mulutnya karena merupakan keturunan Dewi Arimbi yang mana adalah putri Prabu Trembaka, seorang raja raksasa.
Raden Tetuka segera menyembah ayahnya dan para sesepuh keluarga Pandawa.
Hyang Pramesthi berkata di hadapan mereka, “Saudara saudaraku, pemuda ini akan saya beri nama Raden Gatotkaca. Saya juga akan memberi topeng baja dan baju kutang ontokusuma. Topeng itu akan menambah kekuatan dan kesaktiannya. Baju kutang ontokusuma itu untuk terbang tanpa sayap.”
Ia lalu diangkat menjadi raja sehari di Kayangan Jonggring Saloka.
Setelah genap waktu satu hari, Gatotkaca kembali ke Pringgodani bersama ayahandanya.
Untuk itu, keluarga Pandawa serta Raden Gatotkaca kembali ke Kerajaan Pringgadani.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Wayang