Utus Luhut Temui Prabowo, Pengamat: Yang Bersaing Akan Legowo Atas Keputusan Yang Ada
Meski tidak lazim, dia menilai, cara ini merupakan cara terbaik untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menjadi utusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bertemu dengan capres Prabowo Subianto.
Bagaimana tanggapan pengamat politik?
Menurut Pengamat Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Leo Agustino , terutama dalam konteks sistem demokrasi mapan, utus-mengutus person pada rival politik memang agak kurang popular.
Sebab dalam demokrasi mapan, dia menjelaskan, pihak yang bersaing akan legowo atas keputusan yang ada — meski baru dalam penghitungan cepat.
"Apalagi lembaga-lembaga survei tersebut adalah lembaga survei kredibel dan terpercaya, jika merujuk jejak rekam mereka," ujar Leo Agustino kepada Tribunnews.com, Senin (22/4/2019).
Mengutus Luhut tentu dia menilai, itu dalam rangka rekonsiliasi atas kontestasi yang juga belum selesai kendati lebih dari 7 lembaga survei kredibel dan terpercaya sudah menyatakan kemenangan pasangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin melalui quick count (QC) atau hitung cepat.
"Harapannya, tentu mengarah pada kelegowoan Prabowo untuk menerima hasil yang sudah dihitung cepat — yang akan relatif sama dengan real count KPU yang akan datang," jelasnya.
Meski tidak lazim, dia menilai, cara ini merupakan cara terbaik untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
"Kita tidak ingin “perang opini” yang terjadi akhir-akhir ini menjadi bibit perpecahan bangsa," paparnya.
Apalagi, imbuh dia, Prabowo adalah seorang nasionalis yang dapat menahan diri, termasuk memberi komando pada anggota kelompoknya, untuk tidak memanaskan suasana.
"Terakhir, Saya kira, Jokowi tidak mesti bertemu dengan Prabowo untuk berekonsiliasi. Seharusnya kerumitan ini bisa selesai di tingkat mereka para elit yang terhormat," ucapnya.
Baca: Luhut Ungkap Pembicaraan dengan Prabowo Via Telepon
Luhut menjadi orang yang diutus Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk bertemu dengan capres Prabowo Subianto.
Luhut mengaku belum sempat bertemu dengan Prabowo, tetapi sudah berbicara cukup panjang melalui sambungan telepon secara langsung.
"Bicara baik-baik, ketawa-ketawa, ya kita janjian mau ketemu. Hari minggu kemarin tapi kemudian ada masalah teknis beliau agak sakit flu, kita reschedule. Nanti saya telepon lagi (atur jadwal), kami kan bisa telepon-teleponan," ujar Luhut di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/4/2019).
Luhut menjelaskan, pembicaraan dengan Prabowo diwarnai dengan canda tawa dan sedikit bercerita masa lalu, sewaktu masih menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) aktif.
Ia menilai, Prabowo merupakan orang baik dan memiliki pemikiran yang rasional dalam melihat suatu persoalan.
"Pak Prabowo kan orang baik, jadi saya hanya titip saja sebenarnya mau bilang ya jangan terlalu didengerin lah kalau pikiran-pikiran yang terlalu gak jelas basisnya. Karena pak Prabowo orang rasional juga," ujar Luhut.
"Bagaimana pun Pak Prabowo itu harus menjadi bagian sejarah Republik Indonesia, karena pak Prabowo itu seorang pemimpin juga. Beliau itu aset bangsa, beliau itu patriot juga, patriotisme enggak bisa dipungkiri, kepedulian pada Republik ini enggak bisa dipungkiri, jadi sebenarnya saya hanya melakukan itu saja," sambung Luhut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.