Sektor Properti China Mulai Meredup Usai Shimao Group Dihantam Default Triliunan Rupiah
Shimao Group pengembang properti asal China yang berhasil mengubah bekas area tambang menjadi hotel bintang lima dinyatakan default
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Di sisi lain, segala cara tengah dilakukan oleh China, mulai dari bauran kebijakan moneter hingga fiskal untuk menopang perekonomiannya agar tidak terseret lebih dalam akibat Covid-19.
Baca juga: Profil Xu Jiayin Pendiri Evergrande, Raksasa Properti China yang Punya Utang Rp 4 Ribu Triliun
Kemudian untuk waktu yang sangat lama, akhirnya China pertama kalinya menurunkan tingkat hipoteknya untuk para pembeli rumah, dan kembali mengumumkan pembukaan toko-toko di Shanghai secara bertahap.
Pemerintah dan bank sentral akan mencoba untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, sebelum data ekonomi yang berikutnya akan kembali dirilis.
Sebelumnya, Bank Sentral China pada hari Minggu kemarin akhirnya memangkas kisaran batas bawah suku bunga pinjaman dari sebelumnya 4,6 persen menjadi 4,4 persen.
"Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara yang paling signifikan untuk meningkatkan pasar perumahan. Bank Rakyat China kembali mengatur tingkat fasilitas pinjaman jangka menengah pada hari Senin," tutur Nico
Selain itu, data telah mengkonfirmasi bahwa perekonomian China pada April 2022 telah mendorong sektor industri dan konsumen ke level terlemahnya sejak tahun 2020.
Baca juga: Masuk Masa Tenggang, Raksasa Properti China Evergrande Terancam Default Jika Tak Bayar Utang
"Akibat yang ditimbulkan oleh Covid pun tidak main main lho pemirsa, output industry sendiri telah turun 2,9 persen pada April, dan penjualan ritel telah turun 11,1 persen pada periode tersebut. Tidak hanya itu saja, tingkat pengangguran pun telah naik dari sebelumnya 6 persen menjadi 6,1 persen," pungkasnya. (*)