Hunian TOD Dirancang untuk Masyarakat Urban, Pengamat: Relevan untuk yang Bekerja di Kota
Ali menilai jika TOD ini merupakan solusi untuk penataan perkotaan karena mengoptimalkan fungsi lahan yang kian terbatas dan mahal
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hunian berkonsep transit oriented development atau TOD bisa menjadi solusi alternatif hunian di tengah makin mahalnya biaya hidup teutama transportasi berangkat dan pulang kerja, sejak pemerintah Amenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) awal September 2022 lalu.
Hunian TOD juga makin diminati masyarakat urban karena terkoneksi langsung dengan moda transportasi seperti KRL, LRT, MRT hingga bus Transjakarta.
Ketimbang tetap memaksakan diri menggunakan kendaraan pribadi yang bisa memberatkan kantong, menggunakan transportasi publik yang terkoneksi dengan hunian TOD menjadi pilihan yang lebih rasional sekaligus mengurangi kemacetan dan polusi udara serta stres di jalan.
Menurut pengamat properti Ali Tranghanda mengatakan, hunian TOD menjadi relevan saat karena membuat waktu dan aktivitas masyarakat yang bekerja di kota, menjadi tidak banyak terbuang di jalan karena macet.
Dari sisi pemanfaatan lahan, Ali menilai jika TOD ini merupakan solusi untuk penataan perkotaan karena mengoptimalkan fungsi lahan yang kian terbatas dan mahal, dengan basis transportasi publik di kawasannya.
Baca juga: Gandeng Pengembang, KAI Properti Kembangkan Kawasan TOD Stasiun Kemayoran
"Kalau kota semakin besar, artinya semua penduduk akan ke pinggir wilayah penyangga. Warga penyangga ke Jakarta harus ada transportasi apakah MRT, LRT, ataupun kereta api. Tapi ketika masuk ke Jakarta dia harus terkoneksi dengan simpul-simpul TOD yang lebih lengkap," ujarnya.
"Hunian vertikal TOD seperti itu akan menjadi nilai tambah yang layak diperhitungkan untuk investasi ke depannya," kata Ali dalam keterangan tertulisnya, Senin 19 September 2022.
Menurut Mayke Kristika Antony Putri, Analis Perekonomian Subbidang Perkeretaapian, Kedeputian Bidang Kemaritiman dan Investasi, Sekretariat Kabinet RI, semakin kompleksnya kemacetan lalu lintas dan tingginya biaya transportasi, memerlukan solusi konkret yang dapat meminimalkan ketergantungan penggunaan kendaraan pribadi dan meningkatkan pemanfaatan transportasi publik.
“Salah satu solusinya yaitu merancang pembangunan kawasan berbasis Transit Oriented Development (TOD)," ujarnya.
"Konsep TOD mengintegrasikan desain ruang kota untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan, dan ruang publik melalui konektivitas yang mudah dengan berjalan kaki ataupun bersepeda serta terintegrasi dengan transportasi publik ke seluruh kota,” kata Mayke seperti dikutip dari portal setkab.go.id.
Merujuk Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit, Mayke mengatakan konsep kawasan TOD merupakan perancangan kota yang berkelanjutan untuk masyarakat dan dapat menjadi salah satu alternatif perancangan kota untuk pertumbuhan perekonomian daerah karena
menggabungkan area hunian dengan komersial.
“Perkembangan kota yang berorientasi TOD berpotensi untuk mengurangi biaya transportasi rumah tangga dan mengatasi permasalahan lingkungan," ujarnya.
Prinsip TOD menempatkan sarana komersial, permukiman, perkantoran, fasum dan fasos dalam jarak tempuh yang dekat.