Terseret Arus Mudik, Ratusan Ribu Orang Mengadu Nasib ke Surabaya
Kota Surabaya akan menjadi primadona bagi pencari kerja dari daerah-daerah di Jatim.
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Kota Surabaya akan menjadi primadona bagi pencari kerja dari daerah-daerah di Jatim. Pakar Statistik dari ITS, Kresnayana Yahya, bahkan memprediksi bahwa jumlah warga baru yang terseret arus mudik Lebaran 2011 akan mencapai 100.000.
“Pertumbuhan ekonomi Surabaya saat ini mencapai 7,5 persen. Ini sebagai indikasi menguatkan pergerakan ekonomi di Surabaya. Mal makin banyak. Bahkan akan ada lima hotel baru di Surabaya. Wajar orang banyak berbondong-bondong dari daerah,” ucap Kresnayana, Jumat (2/9).
Menurut dosen Statistik ITS itu, Surabaya atau kota besar lainnya akan selalu menjadi tempat pelarian warga dari daerah saat musim Lebaran begini. Banyak migran menyerbu Surabaya lantaran terjadi ketidakmerataan aktivitas ekonomi antara daerah dan kota. “Ketimpangan aktivitas ekonomi inilah yang mengakibatkan migrasi. Sebab, di tempat asal tidak ada kegiatan ekonomi yang dirasakan,” lanjutnya.
Namun, dia melihat bahwa migrasi saat ini akan jauh berbeda dengan sepuluh atau 15 tahun lalu. Sebelumnya Surabaya didominasi kegiatan pabrik. Saat ini, aktivitas pabrik atau kegiatan industri tidak lagi signifikan, bahkan relatif stagnan.
Dulu, para pendatang dari daerah berbondong-bondong karena ingin cukup kerja di pabrik atau menjadi pembantu rumah tangga, atau mencoba peruntungan bisnis di kaki lima.
Hal-hal demikian saat ini sudah tidak dibutuhkan lagi. Kalau itu dipaksakan hanya akan menambah masalah. Surabaya kini lebih cenderung ke sektor pelayanan. Seperti banyaknya pusat perbelanjaan, hotel, atau perusahaan pelayanan yang lain di bidang pelayanan.
Untuk itu tren pekerjaan bagi warga adalah yang harus mensyaratkan keahlian atau skill. Dan minimal mereka yang mau merantau ke Surabaya harus minimal berijazah SMA atau SMK.
“Surabaya belakangan ini saya lihat banyak membutuhkan sopir taksi, bus, atau truk. Banyak juga dibutuhkan tenaga keahlian khusus di bidang perkapalan atau yang mampu mengoperasikan alat berat di pelabuhan,” jelas Kresnayana.
Dia melihat bahwa suasana dan iklim migrasi saat ini berbeda dengan sebelumnya. Warga yang memiliki keahlian khusus dipastikan akan mampu mengikuti ritme Surabaya. Sebaliknya yang tidak memiliki kecakapan dan hanya mengandalkan ijazah SMA akan terbuang kembali.
“Sebaiknya, mereka yang tak cerdas dan tak memiliki keahlian jangan masuk kota. Pekerjaan di Surabaya kini makin selektif. Selain harus berkeahlian khusus juga harus ditunjang dengan kemampuan komunikasi. Setiap pekerjaan di Surabaya saat ini juga harus ada tes psikologi. Jadi makin selektif, “ tandasnya.
Dengan membanjirnya migran otomatis akan menambah persaingan memperebutkan pekerjaan di Surabaya. Persaingan mendapatkan pekerjaan tersebut juga akan diperebutkan bersama warga kota sendiri. Untuk jenis pekerjaan tertentu seperti pasukan kuning kadang diperuntukkan khusus warga asli Surabaya, tetapi pinggiran.
Dia berharap pemerintah juga harus semakin menerapkan tata aturan yang baku. Setiap kelurahan dan kecamatan harus berani membuat persyaratan lebih ketat terhadap warga pendatang. Misalnya, jika tidak jelas mau bekerja di mana sebaiknya diminta kembali ke daerahnya. “Bisa diberi waktu tiga bulan. Jika tak mendapatkan pekerjaan jelas harus dipulangkan,” katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.