Silakan Puasa Besok Jika Anda Yakin, Jika Ragu Jangan
APAKAH Anda sudah ingin mulai berpuasa pada Selasa (9/7/2013)? Atau Anda baru akan mulai puasa pada Rabu
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM MAKASSAR - APAKAH Anda sudah ingin mulai berpuasa pada Selasa (9/7/2013)? Atau Anda baru akan mulai puasa pada Rabu (10/7/2013).
Itulah dua pilihan kebanyakan umat Islam dalam menyambut Ramadan 1443 H/2013 M.
Muhammadiyah memutuskan mulai berpuasa pada Selasa nanti.
Sementara Nahdlatul Ulama (NU), Darud Dakwah Wal Irsyad (DDI), dan sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam lain sudah condong meyakini bahwa awal Ramadan jatuh pada hari Rabu nanti, kendati akan tetap mengikut keputusan pemerintah..
Kementerian agama (kemenag) baru menggelar sidang itsbat untuk menetapkan awal Ramadan, Senin (8/7/2013).
"Kalau yakin, silakan puasa hari Selasa (9/7/2013)," ujar Ketua Majelis Ulama (MUI) Sulsel, Anre Gurutta Haji (AGH) Sanusi Baco.
Menurut Sanusi, tidak boleh seseorang melaksanakan ibadah dengan dasar keraguan.
"Kalau kita ragu apakah sudah berwudu atau tidak, maka kita harus ambil wudu dulu baru salat. Tidak sah salat kita jika kita ragu sudah wudu atau tidak. Kita baru bisa salat kalau kita yakin sudah punya wudu. Demikian pula ibadah yang lain," jelas Sanusi.
Nah, bagaimana dengan puasa Ramadan? "Kalau ragu sudah Ramadan atau belum, yah jalan terbaik ikuti pemerintah," ujar Sanusi.
Tapi kalau sudah yakin, tidak ada larangan untuk mulai puasa hari Selasa nanti.
Hal senada disampaikan ulama sesepuh Sulsel dari Muhammadiyah, KH Djamaluddin Amin.
"Kalau yakin, silakan puasa. Kalau ragu, jangan puasa," ujarnya.
Menurut mantan Ketua Umum Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sulsel itu berpendapat jika sesuatu dilaksanakan sesuai keyakinan dan berdasar pada hasil ijtihad, maka akan selalu mendapat pahala.
“Ada asas menjamin, kalau kita sudah berusaha sesuatu kemampuan dan dalil dan ternyata salah, itu tetap dapat pahala. Kalau sudah yakin dengan hisab, tidak perlu rukyat,” jelas Kiai Djamal, sapaan Djamaluddin.
Menurutnya, perbedaan awal puasa bukan masalah serius lagi di Indonesia. Hampir tiap tahun umat Islam di negara ini menghadapi masalah seperti itu.
“Makanya, itu bukan masalah bagi umat Islam di Indonesia. Tiap tahun kita menghadapi hal seperti itu. Yach, tentu kita berharap suatu saat umat Islam akan satu kata dalam masalah ini,” ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah (Unismuh) itu.
Kiai Djamaluddin sependapat dengan Kiai Sanusi dalam masalah itu. “Indonesia selalu akan menghadapi perbedaan dalam penentuan awal dan akhir Ramadan karena pijakannya memang berbeda. Ada yang memakai rukyat ada yang mengandalkan perhitungan,” jelas Kiai Sanusi.
Yang terpenting, kata Kiai Djamal, Ramadan nanti membawa berkah, kedamaian, dan semakin meningkatkan kesabaran bagi umat Islam.
“Kita doakan ramadan ini membawa kedamaian, membawa kesabaran, walau di tengah masalah harga kebutuhan yang tinggi. Islam datang untuk memecahkan masalah, sehingga masalah kecil seperti perbedaan menentukan awal Ramadan itu akan selalu terpecahkan dan terselesaikan dengan baik,” jelas Kiai Djamal.