Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Polisi Pilihan Rindu Kerja

Bripka Sugondo mengaku beruntung. Ia terpilih mengikuti program simulator SIM

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Polisi Pilihan Rindu Kerja
HARIAN SURYA
Ilustrasi simulator SIM 

Laporan wartawan Surya, Mftah Faridl

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA--Bripka Sugondo mengaku beruntung. Ia terpilih mengikuti program simulator SIM. Bintara berusia 34 tahun ini menjadi satu-satunya personil Satpas Colombo Polrestabes Surabaya yang berkesempatan menimba ilmu simulator langsung ke Mabes Polri. Itu terjadi Desemnber tahun 2011.

Sugondo masih ingat betul. Pagi itu ia bergegas menuju Jakarta. Ia bersemangat sekali untuk mengikuti pelatihan yang digelar tanggal 19 Desember 2011 tersebut. Sugondo sudah penasaran untuk mengetahui cara kerja teknologi yang disebut-sebut bagian dari modernisasi praktek pengurusan SIM M tersebut.
Ada tiga personil lain Jatim yang berangkat bareng ke Jakarta. Masing-masing satu personel perwakilan Polres Kediri dan Bondowoso. Seorang lagi, perwira Dirlantas Polda Jatim.
Tiba di Mabes Polri, Sugondo melihat sudah banyak perwakilan dari polda lain berdatangan. Rata-rata setiap polda mengirim tiga personelnya. ”Kira-kira ada 300-an lah,” ujarnya, Selasa (9/7).
Lewat forum ini, untuk pertama kalinya Sugondo bisa melihat langsung pimpinan puncaknya, Kepala Korlantas saat itu, Irjen Djoko Susilo. Sugondo ingat betul nasehat yang disampaikan Irjen Djoko dalam sambutannya. Jenderal bintang dua itu meminta perserta serius dan konsentrasi agar dengan cepat menguasai keahlian mengoperasikan driving simulator.
Pelatihan angkatan pertama ini bukan sekedar mencetak operator simulator. Mereka ini sekaligus dicetak menjadi tutor. Tugasnnya menjadi guru, melatih teman, dan personil lain yang siapkan menjadi operator mesin berbasis komputer ini.
Pelatihan juga menghadirkan Direktur PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (CMMA) Budi Susanto, selaku pemenang tender dan produsen simulator. Sambutan Budi tidak jauh berbeda dengan Djoko, yakni berisi harapan agar simulator ini bermanfaat bagi masyarakat dan kepolisian. Ketika itu, Djoko dan Budi Santoso masih belum tersentuh kasus dugaan Korupsi setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Saat itu ya sambutan biasa. Kan belum ada ramai-ramai (skandal). Jadi kita pelatihan juga santai,” kata Sugondo.
Pelatihan dibagi beberapa sesi. Ada sesi pengenalan simulator roda dua (R2) dan dilanjutkan R4 atau mobil. Peserta diajari cara mengoperasikan perangkat komputer yang berisi program simulasi kendaraan bermotor.
Ratusan peserta dikenalkan komponen dan fungsi masing-masing secara detil. Mulai dari replika motor, kamera, komputer sampai printer. Lalu mereka juga membedah isi aplikasi cara mengoprasikannya. Satu per satu peserta juga diajak mencoba alat ini.
Sugondo sempat canggung ketika pertama mencoba mesin simulator SIM itu. Maklum ini barang asing baginya. Teknologi baru yang belum pernah dikenalnya.
Tapi Sugondo tidak mau main-main. Ia berusaha menyerap matang-matang semua materi pelatihan. Ia sadar posisinya sebagai satu-satunya wakil satu-satunya Polrestabes Surabaya. Kegagalan menyerap materi bisa membuat rencana penerapan simulator di Surabaya berantakan.
Bagian tersulit yang ditekuninya adalah menyetel aplikasi aplikasi komputer dengan komponen motor. Sesi teknis ini diisi langsung teknisi dan programer dari PT CMMA. “Begitu paham, ternyata ya tidak sulit untuk mengoperasikannya,” katanya enteng.
Pelatihan selesai. Sugondo kembali ke Surabaya. Di tempat kerjanya, ia langsung mendapat tugas menularkan ilmu pada personel Satpas Colombo. Ada empat personil yang menjadi murid pertamanya.
Program gethok tular ilmu berjalan mulus. Teman-temannya tidak kesulitan mencerna ilmu dan keahlian yang diberikan. Mereka pun siap untuk mengoperasikan mesin pelayanan masyarakat tersebut.
Sayang sebelum, huru-hara nasional keburu muncul. Kasus dugaan korupsi mencuat. Puncaknya KPK menggeledah kantor Korlantas Mabes Polri 30 Juli 2012.
Program penerapan simulator SIM jadi terganggu. Ilmu dan keahlian para personil pun tertunda penerapannya. Padahal mereka sudah siap seratus persen memberikan layanan modern.
Meski begitu Sugondo tidak menyesali keadaan. Sugondo yang kini rindu kerja mempraktekkan ilmunya, yakin keahliannya tetap bermanfaat. Setidaknya untuk pengalaman diri sendiri. “Syukur-syukur kalau difungsikan lagi, (ilmu) saya masih bermanfaat,” tuturnya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas