Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tak Boleh Ada Payung di Sepanjang Rute Kirab

Beberapa saat sebelum rombongan putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X itu melintas, seluruh payung serentak diminta

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Tak Boleh Ada Payung di Sepanjang Rute Kirab
Tribun Jogja/Ikrob Didik Irawan
GKR Hayu dengan KPH Notonegoro menaiki kereta Jongwiyat dan meninggalkan Keben Keraton menuju Kepatihan, Rabu (23/10/2013). 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Ikrob Didik Irawan

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Rute yang dilalui rombongan kirab Dhaup Ageng GKR Hayu dan KPH Notonegoro dari Pagelaran Keraton Yogyakarta sampai ke Kepatihan steril dari payung. Para petugas keamanan meminta warga menutup kembali payungnya meski cuaca Rabu (23/10/2013) sangat panas.

Pantauan Tribun Jogja (Tribunnews.com Network), ribuan warga yang berjubel dari sekitar kawasan Nol Kilometer sampai depan Kantor Gubernur Yogyakarta banyak yang menggunakan payung sebagai pelindung dari sengatan matahari.

Sebagian besar dari mereka adalah ibu-ibu yang ingin melindungi anaknya agar tak kepanasan. Payung yang digunakan mulai dari berukuran kecil hingga sedang.

Beberapa saat sebelum rombongan putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X itu melintas, seluruh payung serentak diminta ditutup.

"Mohon payungnya ditutup karena bisa membuat kuda penarik kereta ketakutan," kata seorang polisi dari Polda DIY lewat pengeras suara, Rabu (23/10/2013).

Para petugas lain yang membentuk barisan di sepanjang rute kirab juga ikut membantu polisi. Petugas yang bersinggungan langsung karena menjadi pagar bagi masyarakat agar tak terlalu mendekat ke kirab ini memohon secara halus menggunakan bahasa Jawa Kromo.

Berita Rekomendasi

"Payunge dipun tutup rumiyin inggih bu (Payungnya ditutup dulu ya bu)," kata Wakidi, yang mengenakan seragam kaos berkerah warna putih dan memakai belangkon ini. Tanpa banyak tanya, warga terutama ibu-ibu menuruti perintah itu.

Payung-payung yang diminta disingkirkan terutama berwana cerah menyala.

"Tak apa-apa, dari pada kudanya malah ngamuk. Pakai koran saja untuk menutupi panas," kata Suryanto, warga asal Bantul yang ikut menyaksikan kirab.

Tak hanya payung penonton, payung milik para penjual jajanan di sepanjang jalur kirab juga diminta untuk digulung sementara. Para penjual juga terlihat menurut begitu mendapatkan instruksi tersebut.

Saat rombongan kereta kencana yang membawa mempelai lewat, tak ada satupun payung yang terbuka. Masyarakat terlihat antusias menyambut kedatangan pengantin yang melintas tepat di depan mereka.

Warga berteriak menyebut nama pengantin sambil melambaikan tangan. Teriakan warga itu dibalas oleh GKR Hayu dan KPH Notonegoro dengan lambaian tangan dan senyuman.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas