Kisah Hendra yang Mengamen Setelah Mengajar di Sekolah
Meningkatnya kesejahteraan guru ternyata masih sekadar pepesan kosong para pembesar negara.
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru Hendra Efivanias
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Meningkatnya kesejahteraan guru ternyata masih sekadar pepesan kosong para pembesar negara.
Setidaknya, program meningkatkan kesejahteraan guru yang kerap digembar-gemborkan para pengambil kebijakan itu, tampaknya tak sampai pada Hendra Diningrat (34).
Buktinya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, guru olahraga di SMAN 9 Pekanbaru ini mesti mencari tambahan pendapatan dengan cara mengamen. Hampir setiap hari Hendra mengamen.
Aktivitas itu ia lakukan setelah tugasnya sebagai pendidik selesai. "Biasanya selesai ngajar sekitar jam setengah enam sore. Setelah itu saya langsung ngamen," ungkap Hendra ketika disambangi Tribun di rumahnya, Senin (25/11/2013).
Ada beberapa tempat yang disambangi Hendra untuk mengamen. Namun, biasanya bapak dua anak ini, paling sering menjajakan suara di warung empek-empek Buyung di Jalan Sisingamangaraja.
Saat mengamen, terkadang Hendra bertemu dengan siswa yang ia ajar di sekolah. "Biasanya kalau ketemu siswa mereka senyum dan menyalam saya. Ada juga yang ikut menyanyi. Sementara, kalau jumpa dengan sesama guru, biasanya hanya senyum-senyum saja," papar pria yang lahir pada 29 April 1980 ini.
Meski bertemu dengan orang yang ia kenal, Hendra tak pernah merasa malu. Bahkan, ia mengaku sudah banyak siswa-siswanya yang tahu profesinya sebagai pengamen. Menurutnya, tidak perlu malu ketahuan mengamen. Karena pekerjaan ini halal dan tidak merampas hak orang lain.
Hendra menjelaskan, mengamen tetap ia lakukan karena untuk menghidupi dua anak tentu membutuhkan biaya. Sementara sebagai guru bantu provinsi tidak menentu kapan ia menerima gaji.
Menurut Hendra, terkadang gajinya terlambat dua hingga tiga bulan. Itupun jumlahnya masih dibawah upah minimum kota (UMK). Alhasil, begitu menerima gaji, biasanya langsung habis untuk membayar berbagai keperluan.
Menurut dia, mengamen sangat membantunya. Karena kalau dihitung-hitung, penghasilan dari mengamen biasanya lebih banyak dibanding gaji guru bantu. Itulah sebabnya, ketika ditanya apakah ingin berhenti mengamen, Hendra menggeleng. Ia justru mengaku bangga menjadi seorang pengamen.
Bahkan, ketika ditanya oleh orang lain, Hendra tak canggung mengakui dirinya seorang pengamen. Ia menilai, mengamen sama membanggakan seperti seorang guru. Keengganan Hendra berhenti mengamen juga dikarenakan dirinya tak mau meninggalkan suasana kompak dengan pengamen lain.
Hal lain yang membuat dia enggan berhenti mengamen adalah, karena Hendra saat ini sedang menempuh pendidikan Strata 2 bidang Manajemen Pendidikan Olahraga konsentrasi Administrasi Pendidikan di Universitas Negeri Padang-Universitas Riau. Alumnus Pendidikan Olahraga Universitas Islam Riau ini mulai kuliah S2 sejak tahun 2009 lalu.
Tapi sekarang, Hendra terancam di di drop out dari kuliahnya karena masalah biaya. Untuk lulus, dia butuh anggaran sebesar Rp 26 juta karena harus menebus pembayaran SPP sejak 2011. Itupun belum termasuk biaya ujian dan buku-buku untuk
"Pendapatan saya dari mengamen dan menjadi guru bantu, tidak bisa memenuhi kewajiban itu," tuturnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.