Data Meragukan, 11 Penerima Bidik Misi ITS Terancam Dicoret
"Dari 11 penerima beasiswa ini ada yang pendapatan orangtuanya Rp 4 juta atau bahkan Rp 9 juta. Ada juga yang pendapatannya ditulis Rp 3 juta tetapi
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Sebanyak 11 calon mahasiswa baru ITS yang masuk melalui jalur bidik misi SNMPTN terancam dicoret.
Pasalnya data-data yang diajukan mereka dianggap meragukan dan harus divisitasi ulang.
Humas SNMPTN dari ITS Ismaini Zain mengatakan, 11 penerima bidik misi ini diduga tidak memenuhi ketentuan sebagai penerima bisik misi.
Sesuai ketentuan, pendapatan orangtua penerima bisik misi maksimal Rp 3 juta atau jika dibagi dengan jumlah anggota keluarga hanya sekitar Rp 750.000 per orang.
"Dari 11 penerima beasiswa ini ada yang pendapatan orangtuanya Rp 4 juta atau bahkan Rp 9 juta. Ada juga yang pendapatannya ditulis Rp 3 juta tetapi memiliki mobil atau rumahnya besar,"terang Ismaini saat ditemui di sela-sela mengkoordinir proses daftar ulang calon mahasiswa baru ITS di Graha 10 November, Surabaya, Selasa (17/5/2014).
11 penerima bidik misi yang diragukan ini berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Bali dan Jakarta.
Dalam visitasi, pihaknya akan melihat secara detail kondisi ekonomi keluarga penerima bidik misi.
Selain itu pihaknya juga melakukan wawancara secara mendetail untuk memastikan apakah mereka bisa diterima atau bahkan ditolak.
"Jika memang data-datanya tidak benar kami akan menggagalkan dia sebagai mahasiswa ITS. Jadi tidak hanya digagalkan dari penerima bidik misi, tetapi digagalkan sebagai calon mahasiswa ITS,"tegasnya.
Jika keputusan menggagalkan calon mahasiswa itu terjadi berarti akan mengurangi kuota penerima bidik misi yang di SNMPTN ini ada 440 calon mahasiswa baru.
Di SNMPTN tahun 2013 lalu ada sembilan penerima bidik misi yang divisitasi. Satu diantaranya digagalkan sebagai calon mahasiswa baru ITS.
Salah satu orangtua calon mahasiswa bidik misi yang akan divisitasi langsung menangis ketika tahu data-datanya diragukan.
Perempuan berkerudung yang enggan menyebutkan namanya ini mengaku kondisi ekonomi keluarganya memang kurang mampu meski anaknya bersekolah di bekas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Jakarta.
"Anak saya ini pintar. Dari SD sampai SMA mempunyai prestasi. Walaupun dia sekolah di RSBI bukan berarti harus pakai uang. Di sekolah dia banyak mendapat keringanan karena memang kami bukan orang kaya,"terangnya sambil terisak.
Dia berharap pihak ITS mengurungkan niatnya untuk memvisitasi dan langsung memasukkan anaknya di jurusan Teknik Informatika, seperti yang sudah diputuskan.
"Kenapa harus divisitasi. Data kami benar kok,"katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.