Air Bebatuan Gunung Masjid Untuk Belasan KK di Ponorogo
Mereka membuat saluran air dengan pipa ke masing-masing rumah mereka yang diambil dari air dibalik bebatuan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO -- Belasan Kepala Keluarga (KK) warga RT 02, RW 01, Dusun Kates, Desa Pandak, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo kesulitan mendapatkan air bersih saat musim kemarau. Selama ini, mereka tak akan berpangku tangan.
Mereka membuat saluran air dengan pipa ke masing-masing rumah mereka yang diambil dari air dibalik bebatuan yang ada di Gunung Masjid yang ada di deretan bagian barat kampung itu.
Apalagi, selama ini warga tak bisa membuat sumur lantaran kondisi tanahnya merupakan deretan bukit batu cadas. Sehingga jika dipaksakan menggali sumur bakal kesusahan menembus batu cadas di kedalaman tertentu di rumah mereka masing-masing. Selain itu, mereka termasuk tinggal di dataran tinggi lereng pegunungan batu cadas.
Oleh karenanya, warga secara swadaya memasang selang yang berada di balik Pegunungan Masjid yang memiliki ketinggian di atas 500 meter. Dari Pengunungan Masjid air mereka mengandalkan pasokan air bersih meski alirannya tidak besar.
Akan tetapi selama ini aliran air menggunakan pipa-pipa panjang itu mengalir ke 11 rumah warga di lereng gunung batu cadas itu. Akan tetapi, karena dibuat manual kerapkali aliran air itu rusak dan terputus terkena pohon tumbang atau bencana lainnya. Akan tetapi warga tak lelah dan terus berusaha memanfaatkan aliran air satu-satunya itu meski harus melintasi bukit yang curam.
"Kalau mau mengharapkan air kiriman dari PDAM Ponorogo yang pengiriman menggunakan truk tangki malah tak bisa memasak. Wong sering belum sampai kampung kami sudah habis di kampung bawah," terang Ny Warsiyem (40) kepada Surya, Minggu (14/9/2014).
Karena itu, kata Warsiyem pihaknya hanya mengandalkan pasokan air dari balik puncak Gunung Masjid. Meski pasokan air dari balik gunung itu tidak lancar, akan tetapi bisa menetes sebesar gagang daun singkong dimanfaatkan warga maksimal.
"Air menetes sebesar gagang daun singkong ini sudah paling lancar. Kalau mati kadang bisa sampai tiga hari hingga kami harus mengambil air bersih dari sumur tua di dasar Sungai Sumur Kentheng berjarak 1 kilometer dari pemukiman warga," imbuhnya.
Warsiyem menguraikan para tetangganya yang mengharapkan kucuran air dari bongkahan batu besar dibalik gunung itu adalah keluarga Mairah (70), Wakidi (65), Rohman (60) Ponirah (65), Ganiyo (60), Kadeni (70), Beru (50), Pairah (65), Sunar (50), Sugimin (55) dan Pairun (45). Kesebelas KK tersebut merasakan kesulitan air bersih sudah bertahun-tahun selama musim kemarau.
"Air memang mengalir sebesar batang daun singkong. Memang susah untuk memenuhi gayung saja harus menunggu 15 menit," paparnya.
Oleh karenanya, Warsiyem berharap pasokan air bersih dari Pemkab Ponorogo melalui PDAM Kabupaten Ponorogo yang selama ini hanya dikirim satu tangki bisa dikirim dengan tambahan menjadi 2 tangki. Apalagi, tangki-tangki tandon air berukuran 2.000 liter bantuan pemerintah propinsi sudah kosong mlompong karena sumur yang dibuat dibawah tidak bisa mengalir ke tandon di bawah gunung masjid itu.
"Sebenarnya kampung ini dapat program pipanisasai dan tandon air bersih 17 tandon berukuran 2.000 liter. Tetapi banyak yang kosong karena hanya sebagian yang bisa diisi air dari selang kecil. Pipanya juga banyak yang rusak karena tak ditanam. Butuh perhatian pemerintah warga kampung kami ini soal air bersih," pintahnya.
Sementara salah seorang Perangkat Desa Pandak, Kecamatan Bungkal, Bari yang dikonfiramsi atas keluhan warga tersebut tidak mengelak. Menurutnya, kenyataannya di kampungnya tak bisa ditutup-tutupi. Yakni warga yang tinggal di kaki Gunung Masjid kesulitan air bersih.
"Memang ada program pipanisasai dan tandon air setiap untuk beberapa KK. Satu desa khususnya Dusun Kates ada 17 tandon air, tetapi hanya sedikit tandon yang bisa terisi air meski ada proyek sumur pompa. Karena biaya operasional tinggi banyak tandon yang kosong mlompong," tegasnya.
Selain itu, Bari menguraikan kesulitan di kampungnya bukan hanya mengenai air bersih akan tetapi juga dicap sebagai kampung idiot jilid kedua paska di Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon. "Khusus tandon-tandon air mlompong karena pipa banyak rusak karena tidak ditanam dalam tanah. Harapan kami pemerintah memberikan perhatian kesulitan warga di pegunungan Masjid ini karena benar-benar kondisinya kesulitan air setiap kemarau," pungkasnya. (Sudarmawan)