Rapat DPR Aceh Ricuh, Ada Pemukulan, Perusakan, Caci Maki, dan Meja Dibanting
Agenda Sidang Paripurna Khusus DPRA yang berlangsung tadi malam adalah usulan penetapan pimpinan definitif dan pembentukan fraksi-fraksi Dewan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Ruang sidang utama DPR Aceh, Senin (9/12/2014), malam, berubah layaknya arena pertarungan diwarnai pemukulan, pengrusakan, dan caci maki ketika beberapa orang berpakaian preman-bahkan ada yang bercelana pendek-menyerbu masuk dan menyerang ke meja pimpinan sementara yang waktu itu sedang memimpin sidang.
Dari rekaman video dan foto yang diabadikan oleh wartawan yang meliput kegiatan itu terlihat rentetan peristiwa itu berawal sekitar pukul 21.00 WIB atau setelah setengah jam persidangan berlangsung.
Agenda Sidang Paripurna Khusus DPRA yang berlangsung tadi malam adalah usulan penetapan pimpinan definitif dan pembentukan fraksi-fraksi Dewan. [BACA: Rapat DPR di Senayan Juga Pernah Ricuh].
Sidang tersebut dipimpin Ketua Sementara DPRA, Muharuddin didampingi Wakil Ketua Sementara Drs Sulaiman Abda.
Sekda Aceh Drs Dermawan mewakili Gubernur bersama anggota Muspida serta Kepala SKPA juga hadir dalam sidang paripurna khusus itu.
Sidang dibuka pukul 20.30 WIB. Setelah pimpinan sidang menyampaikan pidato pengantar dilanjutkan pembacaan surat-surat masuk oleh Sekretaris DPRA, A Hamid Zein.
Selesai Sekretaris DPRA membaca surat-surat masuk dilanjutkan pembacaan usulan masing-masing partai untuk ketua fraksi. Sampai di sini suasana sidang masih normal.
Gejolak baru terjadi saat memasuki agenda usulan penetapan calon pimpinan definitif DPRA.
Tiba-tiba, seorang anggota DPRA dari Partai Aceh (PA) Ridwan Abubakar atau yang dikenal dengan panggilan Nek Tu interupsi meminta izin bicara kepada Muharuddin selaku pimpinan sidang.
Nek Tu membacakan dukungan yang diberikan sejumlah Pengurus DPW PA kepadanya untuk menjadi pimpinan definitif DPRA dalam sidang penetapan pimpinan definitif.
Menurut seorang sumber dari kalangan anggota DPRA, ketika Nek Tu sudah membacakan dukungan yang ke-8 yaitu dari DPW PA Aceh Besar, langsung disela (dipotong) oleh Muharuddin dengan alasan apa yang disampaikan Ridwan Abubakar atau Nek Tu adalah urusan internal PA. Muharuddin meminta Ridwan Abubakar menyetop pembacaan dukungan untuk dirinya.
Ridwan tak bisa menerima permintaan pimpinan sidang agar dia menghentikan pembacaan dukungan. Ridwan terlihat emosi dan membalikkan mejanya hingga menghancurkan kaca pelapis dan menghamburkan barang-barang yang ada di atasnya.
Ridwan alias Nek Tu menuju ke depan ruang sidang meminta Muharuddin selaku pimpinan sidang menunda sidang usulan penetapan pimpinan definitif DPRA.
Sempat terjadi perdebatan antara Nek Tu dengan pimpinan Muharuddin. Anggota Dewan lainnya ada yang langsung meninggalkan ruang sidang dan ada pula yang tetap bertahan mengikuti ‘drama’ yang menegangkan itu.