Mau Ambil Minum, Nenek 90 Tahun Tewas Tertimpa Dinding Roboh
Nenek Suti (90) warga Jalan Pangaritan RT 02/04, Kelurahan Cipadung Wetan, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung, tewas seketika di dapur
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ichsan
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Nenek Suti (90) warga Jalan Pangaritan RT 02/04, Kelurahan Cipadung Wetan, Kecamatan Panyileukan, Kota Bandung, tewas seketika di dapur rumahnya setelah tertimpa reruntuhan tembok bangunan milik tetangganya, Kamis (18/12) sekitar pukul 17.00.
Tembok di lantai dua itu runtuh ketika di lokasi kejadian turun hujan lebat disertai angin puting beliung. Saat ditemukan Suti tengah menggenggam termos.
Kuat dugaan, sesaat sebelum ajal menjemputnya korban hendak mengambil air minum di dapur rumahnya.
Menurut penuturan Eman (48), keluarga korban, ketika angin puting beliung itu meniup kencang, seluruh anggota keluarga tengah berkumpul di ruang tengah.
Keluarga, kata Eman, merasa khawatir karena genting-genting rumah di sekitarnya terlihat beterbangan disapu puting beliung.
"Ketika kita lagi ngumpul-ngumpul itu tiba-tiba korban berdiri. Kami kira mau ke kamar tidur," kata Eman di lokasi kejadian, semalam.
Tak lama berselang, kata Eman, tiba-tiba terdengar suara tembok bangunan roboh. Keluarga lalu mencari-cari Nenk Suti ke kamar tidur ternyata tidak ada.
Namun saat melongok ke dapur, betapa kagetnya keluarga karena terlihat Nenek Suti sudah terkubur reruntuhan tembok bangunan yang roboh.
"Saat itu terdengar suara bruk. Keluarga langsung pada nyari. Yang nemuin pertama kali menantunya Ade Ilyas. Saat itu korban sudah terkubur reruntuhan dengan tangan memegang termos," kata Eman.
Menurut Eman, saat itu juga anggota keluarga berusaha mengeluarkan korban dari reruntuhan tembok yang menimpanya. Namun ketika tubuhnya berhasil diangkat, ternyata korban sudah meninggal dunia.
Eman menduga, saat itu korban hendak mengambil air minum. Namun saat itu bangunan lantai dua milik tetangganya yang tepat bersebelahan dengan dapur rumah korban roboh. Dan langsung mengubur Suti hidup-hidup.
"Kejadiannya sangat cepat. Kita hanya bisa pasrah. Ini musibah," kata Eman. (san)