Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Laksanakan K13, Guru Harus Ubah Pola Pikir

"Di K13 ini guru memang harus lebih kreatif. Itu memang susah sekali mengingat budaya yang sudah terbangun sejak dulu pelaksanaan kurikulum itu teruku

zoom-in Laksanakan K13,  Guru Harus Ubah  Pola Pikir
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Anggota PGSI Batam Noor Muhamad di dampingi Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (PGSI) Retno Listyarti ketika jumpa pres menanggapi penghapusan Kurikulum 2013, di kantor Lembaga Bantuan Hukum Indonesia( LBHI), Jakarta Pusat, Minggu, (7/12/2014). FGSI meminta pengapusan total kurikulim 2013. WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN 

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Pelaksanaan kurikulum 2013 (K13) di Kabupaten Bantul masih menjadi polemik.

Di satu sisi pemerintah tetap ingin melaksanakan, tetapi di sisi lain guru merasa keberatan dengan sistem penilaiannya.

Pakar fenomenologi dan pengamat pendidikan yang sekaligus Dosen di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Rahmat Santoso mengungkapkan, sejauh ini pemberlakuan K13 sebenarnya telah meninggalkan substansi dasar yang dibutuhkan.

Pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, masalah kenakalan mulai dari tawuran, video porno dan minuman keras luput dari perhatian.

Dengan pelaksanaan K13 ini, moral siswa diharapkan lebih terbentuk dengan cara guru mengenal secara intensif siswanya.

Namun sayangnya, yang terjadi selama ini justru lebih mengutamakan penilaian dibanding proses sehingga belum diketahui efek dari K13.

"Di K13 ini guru memang harus lebih kreatif. Itu memang susah sekali mengingat budaya yang sudah terbangun sejak dulu pelaksanaan kurikulum itu terukur," papar Rahmat saat ditemui di Bantul, Kamis (1/1/2015).

Berita Rekomendasi

Untuk mengatasi masalah ini, harus ada perubahan pola pikir dan tindakan (action) para guru. Tentunya, itu memerlukan desain dari atas yakni kementerian.

Agar tidak terpusat, maka harus ada pelimpahan wewenang tertentu kepada daerah dalam melaksanakan kurikulum. Namun sayanganya, segala sesuatu dalam pelaksanaan kurikulum masih selalu terpusat.

"Bahkan urusan buku saja pusat. Saya rasa perubahan pola pikir dan action tidak butuh waktu lama kalau serius. Misalnya diadakan pelatihan ya jangan banyak orang sekaligus," tambah Rahmat.

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas